Sabtu, Juli 04, 2009

Beberapa Alasan Mengapa Saya Memutuskan Untuk Memilih

Shofhi Amhar

السلام على من اتبع الهدى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي ارسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا

Saya awali tulisan ini dengan menghaturkan beribu maaf kepada seluruh kaum Muslimin jika sekiranya tulisan ini mengganggu perasaan dan pemikiran saudara-saudaraku sekalian. Kalian semuanya adalah saudaraku. Tak ada niat di dalam hati saya untuk membuat kalian sakit hati. Juga (terutama) kepada kawan-kawan yang pernah mengenalku, mohon maaf jika apa yang saya tuliskan ini asing bagi kalian.

Pemilu sebentar lagi. Kalau sekarang tanggal 4, tepat 4 hari lagi prosesi demokrasi itu akan diselenggarakan, insyâallâh. 8 Juli 2009 itu dipastikan (tidak) seluruh rakyat Indonesia akan menentukan pilihan siapa yang akan menjadi presiden negeri ini lima tahun ke depan.

Saudara-saudaraku,
Nama saya jelas terdaftar dalam DPT. Ketika saya pulang dari Jogja malam itu, saya melihat nama saya tertulis di depan pintu rumah. Tetapi itu berlaku untuk pemilu legislatif kemarin. Untuk pilpres besok yang terdaftar hanya bapak, ibu, dan adik. Ternyata saya tak terdaftar dalam DPT! Bagaimana ini bisa terjadi? Bahkan nama mbak yang jelas penduduk sini pun tidak terdaftar! Adik saya yang sudah tiga tahun tidak di rumah malah ada namanya. Ini aneh.

Karena hal di atas, dengan sangat terpaksa saya harus memilih. Tetapi ini bukan alasan yang sebenarnya mengapa saya memutuskan untuk memilih, sebab memilih dan terpaksa adalah dua hal yang saling menegasikan. Bukan memilih namanya kalau masih terpaksa.

Saudara-saudaraku,

Ada yang bilang bahwa demokrasi itu sistem kufur. Mereka beralasan bahwa prinsip demokrasi, ‘kedaulatan rakyat’ bertentangan dengan ‘kedaulatan syariat’ yang diajarkan Islam. Namun ada juga yang menyatakan bahwa demokrasi sesuai dengan Islam. Mereka beralasan, jika makna kedaulatan di dalam demokrasi itu diubah menjadi Islami, menjadi kedaulatan syariat, maka otomatis demokrasi menjadi Islami. Mereka mengistilahkan demokrasi yang seperti ini dengan teo-demokrasi, demokrasi theistic. Apakah demokrasi yang sekarang dijalankan mengacu pada model demokrasi theistic ini? Jawaban atas pertanyaan itu mendorong saya untuk memilih, sebab saya hanya ingin memilih yang Islami. Dengan demikian, sejauh ini saya tak melihat keputusan saya ini menyelisihi dua pendapat di atas.

Saudara-saudaraku,

Hampir dapat dipastikan bahwa tak ada satu pun pasangan capres-cawapres yang akan menegakkan syariat Islam, tetapi hampir dipastikan akan menjalankan undang-undang sekuler. Bukankah ini kemungkaran? Maka minimal saya harus diam dan membenci dalam hati atas apa yang mereka lakukan. Tetapi dengan membuat tulisan ini, saya berharap tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang diam terhadap kemungkaran. Jika diam pun saya tak mau, maka saya lebih tak mau lagi melakukan suatu perbuatan yang menunjukkan persetujuan. Karena itu saya putuskan untuk memilih. Semoga mereka yang terpilih dan yang tidak terpilih sadar bahwa menjalankan system kufur adalah sebuah kejahatan dalam pandangan Rabb semesta alam, serta mereka tidak melanjutkan kemungkaran ini. Semakin cepat semakin baik.

Bagaimana pun, melawan kemungkaran adalah sebagian dari iman. Ya Allah, selamatkan hamba dari kejahatan dan kuatkan hamba dari cerca manusia. Hasbiyallâhu wani’mal wakîl ni’mal mawlâ wani’man nashîr.

Saudara-saudaraku,

Rasulullah dulu meminta pertolongan (nushrah) dari orang-orang berpengaruh dari kabilah-kabilah yang kuat. Setiap mereka meminta syarat untuk nushrahnya itu, beliau menolak. Misal, ada sebuah kabilah yang berjanji akan menolong dakwah Rasulullah, dengan catatan mereka hanya akan memerangi Persia. Beliau menolak syarat itu, sebab beliau –shalawat dan salam atasnya- beliau diutus untuk memerangi seluruh umat manusia. Beliau meminta, dan tak pernah memberi dukungan kepada orang-orang yang tidak akan menerapkan syariat Islam sambil menyembunyikan kewajiban untuk menerapkan syariat Islam. Maka izinkan saya melakukan apa yang telah saya putuskan.

Saudara-saudaraku,

Demikianlah sedikit yang dapat saya utarakan sebagai alasan mengapa akhirnya saya memutuskan memilih untuk tidak memilih satu pun dari pasangan capres-cawapres dalam pemilu 8 Juli mendatang. Segala hal yang dilakukan oleh manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya.

Parean, 4 Juli 2009