“Mau ke mana, Romo?”
“Ke tempat paman Yudi.”
“Jiha ikut.”
“Hayu…”
“Ada dik Haru kan?”
“Mana Romo tahu? Tapi biasanya sih kalau jam segini, ada.”
[…]
“Sehat, Yud?”
“Alhamdulillah… seperti yang mas lihat.”
“Paman, dik Haru ada ndak?” Jiha menyela.
“Ada. Itu di dalam sama bibi Khoms.” Jiha nyelonong masuk.
“Bagaimana aktivitasmu, mas?”
“Yah, seperti biasa. Alhamdulillah masih diizinkan Allah untuk menjalankan berbagai kewajiban, meskipun dengan kadar yang sangat terbatas dan kurang di sana-sini. Kita tidak boleh lelah untuk bercita-cita melihat umat Islam bersatu, Yud.”
“Tapi apa itu mungkin, mas?”
“Sangat mungkin, Yud. Kaum muslimin seluruh dunia bisa bersatu. Secara potensial sangat bisa. Tetapi, kita perlu upaya serius untuk meyakinkan umat bahwa mereka tidak hanya perlu bersatu, melainkan wajib bersatu dalam satu negara. Tinggal, apa kita mau ambil peran dalam upaya itu atau tidak.”
“Sulit, mas. Khilafah tidak cocok diterapkan di Indonesia.”
“Lalu cocoknya diterapkan di mana?”
“Di pribadi masing-masing.”
“Bagaimana kalau pribadinya adalah pribadi orang Indonesia, apakah cocok?”
“Manusia itu memiliki dua potensi, ‘Abdun dan Khalîfah. Jadi sudah sangat jelas.”
“Kalau begitu sudah sangat jelas. Khilafah cocok diterapkan di Indonesia, secara bahwa manusia Indonesia juga memiliki dua potensi tersebut.”
“Maksud saya, tidak cocok menjadi sistem politik di Indonesia.”
“Kenapa bisa, untuk pribadinya cocok, sedangkan untuk sistem politiknya tidak cocok?”
“Mas bisa lihat sendiri realitas di Indonesia.”
“Realitasnya, manusia di Indonesia memiliki potensi yang sama dengan manusia lainnya di seluruh penjuru bumi. Yudi katakan sendiri tadi, bahwa manusia punya dua potensi ‘Abdun dan Khalîfah.”
“Ke tempat paman Yudi.”
“Jiha ikut.”
“Hayu…”
“Ada dik Haru kan?”
“Mana Romo tahu? Tapi biasanya sih kalau jam segini, ada.”
[…]
“Sehat, Yud?”
“Alhamdulillah… seperti yang mas lihat.”
“Paman, dik Haru ada ndak?” Jiha menyela.
“Ada. Itu di dalam sama bibi Khoms.” Jiha nyelonong masuk.
“Bagaimana aktivitasmu, mas?”
“Yah, seperti biasa. Alhamdulillah masih diizinkan Allah untuk menjalankan berbagai kewajiban, meskipun dengan kadar yang sangat terbatas dan kurang di sana-sini. Kita tidak boleh lelah untuk bercita-cita melihat umat Islam bersatu, Yud.”
“Tapi apa itu mungkin, mas?”
“Sangat mungkin, Yud. Kaum muslimin seluruh dunia bisa bersatu. Secara potensial sangat bisa. Tetapi, kita perlu upaya serius untuk meyakinkan umat bahwa mereka tidak hanya perlu bersatu, melainkan wajib bersatu dalam satu negara. Tinggal, apa kita mau ambil peran dalam upaya itu atau tidak.”
“Sulit, mas. Khilafah tidak cocok diterapkan di Indonesia.”
“Lalu cocoknya diterapkan di mana?”
“Di pribadi masing-masing.”
“Bagaimana kalau pribadinya adalah pribadi orang Indonesia, apakah cocok?”
“Manusia itu memiliki dua potensi, ‘Abdun dan Khalîfah. Jadi sudah sangat jelas.”
“Kalau begitu sudah sangat jelas. Khilafah cocok diterapkan di Indonesia, secara bahwa manusia Indonesia juga memiliki dua potensi tersebut.”
“Maksud saya, tidak cocok menjadi sistem politik di Indonesia.”
“Kenapa bisa, untuk pribadinya cocok, sedangkan untuk sistem politiknya tidak cocok?”
“Mas bisa lihat sendiri realitas di Indonesia.”
“Realitasnya, manusia di Indonesia memiliki potensi yang sama dengan manusia lainnya di seluruh penjuru bumi. Yudi katakan sendiri tadi, bahwa manusia punya dua potensi ‘Abdun dan Khalîfah.”