Kamis, September 27, 2012

Adanya Imam Bukanlah Syarat Dilakukannya Jihad Ofensif Maupun Jihad Defensif

Saya kutip tulisan ustadz Syamsuddin Ramadhan an-Nawi dalam buku beliau Hukum Islam Seputar Jihad Mati Syahid; Menyikapi Aksi Terorisme dan Perang Fisik.

Adanya Imam Bukanlah Syarat Dilakukannya Jihad Ofensif Maupun Jihad Defensif
Sesungguhnya keberadaan imam atau khalifah bukanlah syarat untuk melakukan jihad, baik defensif maupun ofensif. Sebab, nash-nash yang berbicara tentang perang datang dalam bentuk muthlaq tanpa ada taqyiid (batasan). Allah swt berfirman:



كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ

“Diwajibkan atas kamu berperang” [QS. Al-Baqarah:216]

Di tempat lain, Allah swt juga berfirman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu.” (QS. Al-Baqarah:190)

Sedangkan di dalam Sunnah dinyatakan, bahwa Abu Bashir pernah membunuh seorang kafir dari Bani ‘Amir dan merampas hartanya, tanpa ijin dari imam. Sebab, ia tengah berada di luar otoritas kekuasaan hukum dari imam (Rasulullah saw), tatkala dua kafir Mu’ahid meminta agar beliau saw menyerahkan dirinya kepada mereka.

Inilah dalil-dalil yang dijadikan dasar untuk menetapkan hukum; bahwa ketika seorang Muslim berada dalam otoritas kekuasaan dan hukum kaum kafir, maka ia boleh berjihad melawan orang kafir dan merampas harta bendanya, meskipun tanpa izin dari imam.

Minggu, September 16, 2012

Apa Kata Buya Hamka tentang Penistaan terhadap Nabi Muhammad?


Saat ini kaum Muslimin di seluruh dunia masih dalam suasana gelombang protes terhadap diizinkannya peredaran film Innocence of Muslims yang menghina Nabi Suci Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wasallam. Alhamdulillah, di berbagai belahan negeri-negeri Islam, kaum Muslimin benar-benar mengekspresikan kecintaan mereka terhadap Nabi mereka, Imam para Nabi, yang setiap disebut namanya, bibir serta-merta mengucapkan doa agar kesejahteraan dan keselamatan senantiasa tercurah ke haribaannya.

Nabi Muhammad, Nabinya kaum Muslimin, yang diutusnya ke muka bumi tidak lain adalah sebagai rahmat bagi semesta alam, justru banyak dihujat dan dilecehkan. Tidak hanya masa-masa ini, melainkan sejak dahulu kala, sejak beliau mendakwahkan risalah dari Sang Pemilik alam. Penghinaan demi penghinaan itu terus berlanjut, hingga saat ini.

Jadi, penghinaan terhadap Nabi oleh orang-orang kafir terjadi sejak Nabi masih hidup, masa para khalifah, hingga saat ini ketika kaum Muslimin tidak lagi memiliki khalifah. Hanya saja, di saat Nabi masih hidup dan ketika kaum Muslimin masih memiliki negara Khilafah, orang-orang kafir perlu berpikir berulang-ulang kali untuk menghina Nabi, karena pada saat itu mereka akan mendapat reaksi yang semestinya secara efektif. Berbeda halnya dengan saat ini, di mana penguasa-penguasa negeri Islam lebih banyak diam melihat penghinaan demi penghinaan terhadap seseorang yang mereka akui sebagai Nabi. Malah ada di antara mereka yang mendahulukan pembelaan terhadap pemuka negara kafir harbi yang menjadi korban protes yang dilakukan oleh kaum Muslimin.

Meski demikian, Alhamdulillah, di tengah ketiadaan Khilafah, sejarah mencatat beberapa kisah kepahlawanan individu Muslim dalam membela kehormatan Nabinya. Di antara rekaman sejarah mengenai hal ini bisa disimak dari penuturan Buya Hamka di dalam Tafsir al-Azhar Juz XVIII halaman 236-240, yaitu ketika memaparkan kandungan surat an-Nûr ayat 63. Berikut penuturan beliau selengkapnya:

Selasa, September 04, 2012

MEMAHAMI QURAN BERPEDOMAN TARJAMAH (SEKALIPUN TAFSIRIYAH) RAWAN SALAH PAHAM


Ada seorang bapak yang sejak bertahun-tahun lalu buku yang ditulisnya menarik perhatian saya. Judul bukunya saja menggugah rasa penasaran: Daging Anjing & Persatuan Ummat (Diskusi Tertulis Antar Muslim). Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Toko Amanat, Yogyakarta, pada tahun 2004. Pemikiran yang ingin diangkat oleh penulis dalam buku itu antara lain: Umat Islam selalu diplekotho (dipecundangi, red.) oleh pemerintah … adalah karena ummat Islam tidak mau pakai akal …, padahal akal tercantum dalam QS 10:100. (hlm. 13). Sebagai salah satu bukti bahwa umat Islam tidak pakai akal adalah ummat Islam tidak mau pakai akal dalam menentukan hukum daging anjing dan dalam menentukan jumlah partai Islam dinegeri ini. (hlm. 12).