Cara Membuat
Isim Fâ’il (Kata Bentukan yang Bermakna Pelaku)
Bahasa memiliki kesamaan satu sama lain, di
samping tentu saja memiliki perbedaan pula. Kesamaan yang dimiliki oleh seluruh
bahasa, disebut kesemestaan berbahasa. Keberadaan isim fâ’il (kata
bentukan yang bermakna pelaku) barangkali termasuk salah satu bagian dari
kesemestaan bahasa. Di dalam bahasa Indonesia, kata bekerja bisa dibentuk
menjadi kata pekerja, kata memukul menjadi pemukul,
dan sebagainya. Kasus yang sama juga terdapat dalam Bahasa Arab. Kata pekerja
dan pemukul di dalam Bahasa Arab disebut Ism Fâ’il. (Perhatian:
Ism Fâ’il [dalam ilmu sharf] berbeda dengan Fâ’il [dalam
ilmu nahwu]).
Cara membuat isim fâ’il sangat mudah, jika
kita sudah menghapalkan wazan-wazan fi’l mudhâri’. Perhatikan perbandingan
fi’il mudhâri’ dengan isim fâil berikut ini.
Perhatikan dengan baik. Kata yang dekat dengan
nomer adalah fi’l mudhâri, sedangkan kata yang disebelahnya adalah ism
fâ’il. Dengan memperhatikan nomer 2 sampai 20, kita dapat menyimpulkan
bahwa pembentukan ism fâ’il dapat dilakukan dengan langakah sebagai
berikut:
1) Ganti huruf mudhâra’ah (huruf depan pada
fi’l mudhâri’) dengan huruf mîm, kemudian beri harakat dhammah.
2) Harakati dengan kasrah untuk huruf
sebelum terakhir.
Sedangkan untuk nomer 1 (tsulâtsî mujarrad),
sebenarnya lebih dekat dengan fi’l mâdhinya. Ada dua versi pembentukan ism
fâ’il. Versi pertama adalah dengan:
- menambahkan alif setelah fâ` fi’l
mâdhî-nya, dan
- mengharakati huruf sebelum terakhir dengan kasrah.
Ini adalah versi mayoritas wazan tsulâtsî mujarrad.
Sedangkan versi kedua adalah dengan mengharakati fathah
fâ` dan ‘ain pada fi’l mâdhi-nya. Versi ini hanya berlaku
untuk wazan fa’ula – yaf’ulu.
Wallâhu A’lamu.
Karangkajen, 8 Rajab 1434 H/7 Mei 2014 M 08:43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar