MEMBACA DAN
MEMAHAMI SURAT YÂSÎN (3)
Memahami
Surat Yâsîn
Surat
Yâsîn adalah salah satu surat di dalam al-Qur`ân. Di dalam mushhaf,
Surat Yâsîn berada di urutan ke-36, Juz 21. Tergolong surat Makkiyah
(diturunkan sebelum hijrah Nabi).
Surat Yâsîn sangat baik untuk dibaca,
sebagaimana surat-surat lain di dalam al-Qur`ân, tanpa ada keutamaan khusus.
Sebab, nash-nash yang shahîh tidak menjelaskan
keutamaannya secara khusus. Dengan demikian, keutamaan membaca surat Yâsîn
masuk ke dalam keumuman keutamaan membaca al-Qur`ân.
Meski
begitu, tak bisa dipungkiri, surat yang terdiri dari 83 ayat ini sangat
akrab dengan kaum muslimin di nusantara. Surat ini dibaca dalam berbagai
kesempatan, di antaranya pada malam Jumat oleh individu maupun sekelompok
orang.
Dalam
kondisi demikian, keakraban masyarakat dengan surat Yâsîn hendaknya tidak hanya
sebatas membacanya saja, melainkan perlu ditingkatkan dengan upaya memahami apa
yang terkandung di dalam surat yang mulia ini. Maka, sebagai upaya mengakrabkan
masyarakat dengan kandungan al-Qur`ân, tulisan ini mencoba menguraikan
kandungan makna yang terdapat dalam surat Yâsîn, terutama ayat-ayat pada bagian
permulaan surat ini. Wallâhu al-Musta’ân.
Kandungan
Surat Yâsîn
Sebagaimana
surat yang lain, sebelum membaca surat Yâsîn, sangat dianjurkan membaca basmalah,
yaitu bacaan: بسم الله الرحن الرحيم (makna: dengan menyebut
Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang saya membaca surat ini)
agar mendapatkan berkah dari-Nya.
Ayat pertama: يس (Yâsîn). Ayat ini termasuk
ayat mutasyâbihât, yaitu ayat yang maknanya samar. Karena itu, di dalam Tafsîr
Jalâlain disebutkan: Allah yang paling tahu maksudnya. Meski
demikian, sebenarnya ayat mutasyâbihât bisa saja ditakwil oleh
orang-orang yang mendalam ilmunya (ar-râsikhûna fî al-‘ilmi).
Ada
yang memahami bahwa ayat seperti ini merupakan tantangan kepada orang-orang
yang meragukan al-Qur`ân. Seolah-olah Allah menyatakan: al-Qur`ân ini
terdiri dari huruf-huruf yang kalian kenali dan bisa kalian susun sedemikian
rupa. Namun sebaik apa pun susunan kalian, mustahil mampu menyamai al-Qur`ân,
baik dari sisi redaksi maupun kandungannya.
Sayyid
Quthb menulis, “Perihal kemukjizatan al-Qur`ân serupa dengan ciptaan Allah. Ia
serupa dengan ciptaan Allah dalam segala sesuatu dibandingkan dengan ciptaan
manusia. Tanah yang terdapat di bumi ini, yang terdiri dari bagian kecil yang
diketahui sifatnya, jika diambil oleh manusia, paling tinggi yang dapat
dibuatnya adalah batubata, atau perlengkapan, atau alat, atau betapa pun teliti
dan canggihnya tidak mungkin akan serupa dengan ciptaan Allah swt., karena
Allah menjadikan dari butir-butir tanah itu kehidupan; kehidupan yang penuh
denyut serta mengandung rahasia Tuhan tentang hidup serta rahasia yang tidak
mampu diciptakan dan tidak pula diketahui oleh manusia. Demikian juga
al-Qur`ân, huruf-huruf yang digunakannya terdiri dari huruf-huruf yang dikenal
manusia, yang darinya mereka membentuk kalimat-kalimat prosa atau puisi. Dari
huruf-huruf yang sama, Allah menjadikan al-Qur`ân dan Al-Furqân yang
menjadi pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Perbedaan antara hasil karya
manusia dan apa yang datang dari Allah dalam hal huruf-huruf dan kata-kata sama
dengan perbedaan antara satu jasad yang tanpa ruh, atau satu patung manusia,
dengan seorang manusia yang hidup menarik serta menghembuskan napas.
Perbedaannya sama dengan perbedaan gambar dari sesuatu yang hidup dengan
hakikat kehidupan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar