EMPIRISME VS RASIONALISME
by Irfan Habibie Martanegara on Monday, December
26, 2011 at 6:54am
???? ********shared Satrio *******'s status
update.
Satrio *******
But super smart theist (read: Aristotle parrot),
if it is possible for God to exist uncreated, then surely it is also possible
for the universe to exist without it being created?
Like · · Unfollow post · Share · Friday at 20:35 ·
Didu ***** likes this.
Irfan Habibie Martanegara
saya coba jawab ya. universe yang kita lihat saat
ini sifatnya impersonal. sedang tuhan didefinisikan sebagai sesuatu yang
memiliki personalitas. ciri personalitas tuhan adalah punya kehendak.
dari sains kita bisa ketahui bahwa alam semesta
ini sekarang ini dimulai dengan big bang. sebelum big bang alam semesta ini
berupa suatu titik singular yang katanya vakum tapi massa yang besar dan volume
yang sangat kecil. konsep waktu belum ada saat itu.
pertanyaannya bagaimana bisa sesuatu yang
impersonal (tidak punya kehendak) itu meledak (melakukan perubahan) padahal
sebelumnya dia tetap seperti itu? perubahan alam semesta menunjukkan adanya
personalitas yang merupakan ciri dari tuhan.
gimana?
Friday at 21:07 · Like
Satrio *******
Semua yang berubah di dunia ini punya kehendak...
Apakah ini berarti matahari punya kehendak, pantat saya yang kentut punya
kehendak, bumi berrevolusi punya kehendak? Seandainya yang penting adalah
perubahan dari kondisi diam ke bergerak atau ke diam lagi, apakah seandainya
sebuah asteroid menabrak Jupiter, dengan kata lain dari bergerak menjadi diam,
maka asteroid itu punya kehendak?
Dan... ummmmmm.... kalau konsep waktu tidak ada ya
berarti kata "sebelumnya" tidak ada artinya sama sekali.
Lagipula itu jawaban yang menghindari asal
argumennya. Kita tidak membicarakan apakah sesuatu bisa berubah dan bagaimana
ia berubah. Kita mempertanyakan: Kalau kita bertanya mengapa segala sesuatu
harus ada penyebabnya, kenapa bukan pertanyaan sahih untuk menanyakan apa
penyebab adanya Tuhan?
Kalau menggunakan jawaban ngelesnya Aristoteles,
karena kita harus stop di satu titik. Oke. Stop di big bang. Kenapa itu tidak
valid?
Friday at 22:07 · Like
Irfan Habibie Martanegara
semua yang ada di alam semesta ini ga bisa lepas
dari hukum alam. perubahan yang terjadi pada matahari, bumi, pantat itu ga
lepas dari hukum alam. asteroid bergerak sesuai dengan hukum alam dan hukum
alam pula jupiter bergerak karena tabrakan asteroid.
kalau pakai logika aristoteles pertanyaannya
kenapa asteroidnya bergerak, apa penggerak asteroid, kemudia penggerak asteorid
itu siapa yang menggerakkan dan seterusnya, hingga berhenti di suatu titik.
oke lah saya coba rapikan ulang argumennya.
premis 1: setiap yang bergerak digerakkan oleh
yang lain.
premis 2: konsep ketakterhinggaan adalah konsep
yang tidak eksis dalam dunia natural kita.
kalau berhenti pada big bang, melanggar premis 1.
kalau tidak ada ujungnya, melanggar premis 2.
kesimpulan: alam semesta ini pertama kali
digerakkan oleh sesuatu yang berasal dari luar dunia natural.
Friday at 22:19 · Like
Satrio *******
Wait what ini super konyol 2012. Premis 1 dan 2
hanya melahirkan kesimpulan itu kalau ada premis 3: Ada dunia di luar dunia
kita.
Dan bukti ilmiah apa sih yang membuktikan premis 1
& 2? Pengamatan sehari-hari?
Siapa yang menggerakkan "sesuatu dari luar
dunia natural"? Kenapa dia tidak tunduk pada prinsip premis 1: Setiap yang
bergerak digerakkan oleh yang lain?
Friday at 22:25 · Like
Irfan Habibie Martanegara
sesuatu di luar dunia kita adalah keharusan logis
jika premis satu dan dua benar. sesuatu itu harus ada untuk menggerakkan
pertama kali alam semesta ini. keberadaannya tidak dibuktikan secara empiris,
tapi rasional.
sebelum dibahas lebih lanjut yang lain2nya. kita
perlu sepakati dulu premis satu dan dua. bagaimana menurut anda?
Friday at 22:32 · Like
Satrio *******
What is this I don't even... Dunia lain dibuktikan
dengan rasional? WHAT? Ini pemikiran scholastic yang sudah
"membuktikan" bahwa seluruh benda angkasa mengorbit bumi dengan orbit
berbentuk lingkaran... Kita tidak boleh membuktikan adanya sesuatu dengan hanya
pemikiran "rasional", sebelum ada bukti empiris ya itu hanya sekedar
postulat saja, bukan pasti nyata. Keberadaan fisik yang niscaya itu omong
kosong.
Saya tidak tahu. Tidak ada bukti. Premis 1 dan 2
bukan pernyataan yang dibuktikan kebenarannya secara filosofis, tapi secara
empiris.
Premis 2 tampaknya tidak benar.
Tidak ada alasan kenapa alam semesta ini tidak
dapat sepenuhnya langgeng. Saya masih tidak yakin ide bahwa suatu saaat akan
ada Great Contraction itu valid.
Beberapa partikel hampir sama sekali tidak
terpengaruh oleh gravitasi dan gaya-gaya lainnya (misalnya neutrino). Neutrino
yang ditembakkan dari bumi akan terus dan terus dan terus berjalan. Apakah alam
semesta ini ada batasnya? Kita tidak tahu, tapi tidak ada alasan kenapa alam
semesta ini harus ada batasnya.
Friday at 22:42 · Like
Irfan Habibie Martanegara
ok. saya bahas premis dua dulu. kalau kita
berjalan lurus terus kita mungkin bisa berjalan tiada henti. artinya mungkin
akan ada akhir yang tak terhingga. tapi ini adalah ketakterhinggaaan potensial,
bukan aktual. sebab saya harus MULAI berjalan. nanti ada great contraction
kemudian ada big bang lagi, kemudian kontraksi lagi kemudian meledak lagi dan
seterusnya itu mungkin, tapi harus ada big bang pertama agar proses tersebut
berjalan.
(ini mungkin yang juga menjelaskan mengapa surga
dan neraka, kalo ada, itu secara potensial abadi)
Friday at 22:48 · Like
Satrio *******
No. Ketika dikatakan bahwa saya harus MULAI
berjalan untuk membuat sesuatu yang tidak terhingga, ini sudah asumsi.
Contoh: set bilangan ini juga tidak terhingga:
(...,-4,-3,-2,1,0,1,2,3,...)
Set ini tidak punya awal, tidak punya akhir. Nah,
sekarang set bilangan tentu saja merupakan sesuatu yang abstrak. Tapi adakah
BUKTI bahwa sesuatu yang tidak terhingga harus dimulai di dunia nyata? Atau ini
hanya asumsi?
Friday at 23:05 · Like
???? ********
(seru melihat percakapan ini)
Saturday at 07:12 · Like
Irfan Habibie Martanegara
mungkin saya perlu sedikit perjelas tentang tak
terhingga potensial. tak terhingga potensial itu tiap kita berhenti untuk
mengukur waktu pasti jumlahnya terhingga. mungkin sangat besar saat itu tapi
tetap saja terhingga.
dan saya kira yang justru anda yang harus
membuktikan jika memang ada sesuatu yang tak terhingga secara aktual, bukan
potensial, di dunia natural ini.
tapi baik saya coba buktikan bahwa alam semesta
ini harus memiliki awal dengan menggunakan analogi.
misalkan saya adalah seorang tentara yang sedang
latihan menembak. saya baru diperkenankan menembak bila tentara di samping saya
menembak dan tentara tersebut juga baru diperkenankan menembak setelah tentara
di sebelahnya lagi menembak. begitu seterusnya.
pertanyaannya akankah saya pernah kebagian giliran
menembak bila di samping saya ada sejumlah tak terhingga tentara? tidak. saya
tidak akan dapat giliran menembak. saya baru akan dapat giliran menembak jika
sebelum saya ada sejumlah tertentu saja tentara meski jumlahnya sangat banyak.
nah sekarang pertanyaannya, akankah kita bisa
berdiskusi sekarang saat ini bila sejarah masa lalu alam semesta itu tak
terhingga? tidak. bahkan bumi pun tidak akan pernah dapat giliran untuk
terbentuk bila sejarah alam semesta sebelumnya itu tak terhingga.
Saturday at 07:36 · Like
Irfan Habibie Martanegara
????, maaf ya menuhin wallnya.
Saturday at 07:36 · Like
Satrio *******
Analogi aneh. Hanya ada sejumlah tentara di dunia
ini, tentu saja ini bukan set yang tak terhingga. Yang menyebabkan analogi ini
tampak tidak masuk akal bukan properti sesuatu yang tidak terhingga, melainkan
properti jumlah manusia yang masih ada, yang tentu saja terbatas. Jadi analogi
ini pun bukan aktual melainkan abstrak.
Kenapa ini bukan set yang tidak valid?
(..., -3,-2,-1,0)
Again, ini asumsi lagi. Cara berpikir tentang set
ini begini: kenapa saat ini saya menembak? Karena sebelum saya ada yang
menembak dan seterusnya.
Kalau pertanyaannya dibalik, ya ini sama konyolnya
dengan mengetes set (1,2,3,...) Dengan "sebelum ~ itu (~ minus 1)
ya?". Absurd. ~ bukan bilangan
Saturday at 08:23 · Like
Satrio *******
Sekali lagi, saya menolak untuk mengklaim apakah
premis 1 atau 2 benar. Meskipun saya duga keduanya salah, ini pembuktian yang
sama sekali tidak ilmiah. Premis 1 dan 2 hanya bisa benar atau salah secara
empiris, tidak secara rasional.
Saturday at 09:49 · Like
Irfan Habibie Martanegara
mmm, kalau mau lanjut diskusi kita perlu beralih
bicara epistemologi. menurut anda apa rasionalitas itu bisa jadi sumber
pengetahuan atau tidak? jika ya, kapan rasionalitas itu bisa dipakai?
Saturday at 14:32 · Like
Satrio *******
Rasionalitas dipakai dalam hal membuktikan suatu
pernyataan secara logika formal benar atau tidak. Apakah pernyataan itu
berkorespondensi dengan kenyataan itu urusan sains ilmiah, bukan urusan rasio.
Kecuali dalam theisme, saya tidak pernah mendengar bahwa sesuatu itu
"niscaya" ada. Wtf does that even mean? Bahwa zebra itu
"pasti" ada itu tidak ada artinya. Argumen keniscayaan eksistensi ini
cuma selundupan saja, karena dalam membicarakan eksistensi logika yang dipakai
seharusnya logika ilmiah yang induktif, bukan deduktif. Kesimpulannya adalah
"more probable than not" bukan "pasti".
Masalah dari kedua premis ini adalah
rasionalitasnya saja sangat aneh. Dari tadi tidak ada deduksi yang membuktikan
bahwa premis 1 dan 2 benar. Yang ada hanya analogi yang aneh dan keniscayaan
"common sense". Tidak perlu mundur sampai epistemologi segala.
Saturday at 14:47 · Like
Irfan Habibie Martanegara
mmm, saya sekarang ini hanya membaca tulisan anda.
saya tidak pernah bertemu dengan anda sebelumnya. tapi saya yakin anda eksis
hanya dari tulisan ana. dan saya merasa anda itu "pasti" ada, tidak
hanya sekadar "mungkin" ada.
Saturday at 15:58 · Like
Empiris itu kata-kata khas Ust Andang....
BalasHapushehe,,
Hapus