ANTARA
TERBODOH DAN TERKAFIR
Pulang mengajar di SD HSG Khoiru Ummah 4, aku
sering lewat di depan tukang reparasi kulkas. Bagiku, kulkas adalah benda unik.
Jadilah aku tertarik untuk bisa pula mengenal dan mempelajari barang antik ini.
Sebuah kulkas aku beli, lalu kubongkar dan
kupereteli. Kuamati bagian demi bagian, dan kupelajari, sampai bisa mereparasi
kulkas sendiri. Bangga juga rasanya, seakan dalam soal kulkas, akulah yang
paling ahli di alam ini. Hihi,, Coba saja, siapa lagi yang lebih hebat dari
saya, yang bisa mempelajari kulkas secara otodidak, sampai menjadi seorang
ahli.
Sampai suatu hari, aku ditanya: Apakah Anda
bisa membuat kulkas sendiri? Kujawab: Tidak. Aku hanya ahli teori dan
reparasi.
Dia lanjut berkata: Kalau begitu, ada yang
lebih ahli dari Anda. Kubilang padanya: Siapa orangnya? Dia jawab: Orang
yang membuatnya. Keningku berkerut, merenung sejenak, dan keluar dari
mulutku pertanyaan paling brilian sepanjang zaman: Memangnya ada yang pernah
membuatnya?
Dia jawab: Lha ini, buktinya kulkas ini ada di
sini, sedangkan Anda tak pernah membuatnya. Memangya Anda dapat dari mana?
Pertanyaan semudah itu ya enteng saja bagiku. Maka kujawab: Dari toko. Dia
rupanya masih penasaran: Toko dapatnya dari mana? Pertanyaan bodoh. Tapi
kujawab dengan cerdas: Aku tidak tahu, dan tidak mau tahu. Kamu bisa
tanyakan ke toko yang bersangkutan.
Rupanya saranku dia jalankan. Dengan wajah
sumringah, esoknya dia datang. Dia bilang: Kata pemilik toko, kulkas ini dia
datangkan dari pabriknya. Gumamku: Oh, begitu rupanya. Jadi pabrik lah
yang telah membuatnya. Tapi, bagaimana aku bisa percaya ada pabrik yang
membuatnya?
Dia tampak berpikir sejenak, lalu memberi saran: Ah,
datang saja ke sana. Tempat pabriknya ada di Amerika. Ujarku: Wah,
alangkah jauhnya. Tentu mahal biaya ke sana. Dia bicara lagi: Kalau
ingin tahu, harus berani keluar biaya, tentu. Maka kuputuskan untuk tidak
mau percaya bahwa pabrik kulkas ini adanya di Amerika. Sebab untuk
membuktikannya, alangkah mahal biayanya. Apalagi, informasi yang dia berikan
agak tidak sambung juga dengan apa yang dikatakannya sebagai lebih hebat dariku.
Bukankah di awal dia bilang ‘orang’? Mengapa sekarang dia bilang ‘pabrik’?
Kini, setiap ada orang yang bilang bahwa pabrik kulkas
ini ada di Amerika, aku sering memberondong dengan pertanyaan: Apa kamu
pernah ke sana? Melihat sendiri proses pembuatannya? Melihat perjalanan kulkas
ini dari sana ke sini? Dan seterusnya. Kalau pertanyaan pertama dijawabnya
dengan tidak, maka cukuplah, semakin kuat sikapku untuk tidak percaya bahwa
pabriknya ada di Amerika.
Suatu hari ada temanku yang suka bacaan sejarah.
Dia cerita berbagai hal. Sejarah ini dan sejarah itu. Aku manggut-manggut saja.
Sampai dia membanyol tentang sejarah kulkas. Katanya, kulkas ini pertama kali ditemukan
oleh si anu, orang berkebangsaan ano. Dan seterusnya. Sebelum dia berceracau
lebih lebar, kutukas dengan pertanyaan senada yang sering kuajukan kepada yang
lain: Apa kamu pernah bertemu si penemu itu? Dia jawab tidak. Apakah kamu
melihat sendiri bagaimana dia membuatnya? Tidak juga. Lalu dari mana
kamu tahu semua cerita itu? Dijawabnya: Aku baca dari buku.
Pertanyaanku belum habis. Bagaimana kamu tahu bahwa buku itu tidak
menyajikan informasi palsu? Dahinya berkerut. Cukup lama. Tapi akhirnya mulutnya
menjawab juga: Ya, memang, harus kuakui mungkin saja penulisnya salah dalam
memaparkannya. Atau ada yang keliru dalam sebagian informasi yang
disampaikannya. Kecuali jika ada bukti kuat yang meyakinkan. Teorinya itu
langsung kuburu dengan kesimpulan super brilian: Karena itulah aku tidak
yakin, bahkan sama sekali tidak percaya, bahwa kulkas ini ada yang membuatnya
pertama kali. Selama aku tidak membuktikannya sendiri, semuanya kuanggap hanya
delusi.
Dan entah mengapa, setelah mendengar kesimpulan
super brilianku, temanku yang sebetulnya cerdas itu malah menyeringai dan
berlalu pergi. Tinggallah sekarang aku puas dan merasa bangga tak terkira atas
keberhasilanku menolak semua khayalan tentang kulkas yang dilontarkan orang
kepadaku. Tetapi anehnya, dibenakku saat ini malah muncul pertanyaan begitu
deras: Apakah pemikiranku yang sedemikian wajar adanya, atau cermin akal
terkoplak sejagat raya?
Parean, 25 Desember 2013 01:30
(Masih sakit. Tadi terbangun dan belum bisa tidur
lagi)
hehehehe,,, tulisannya keren tu kang,,,
BalasHapus