Pengantar
Ini adalah dialog saya dengan seorang dosen UIN Sunan
Kalijaga—hadâhullâh wa iyyâya—via sms, ketika saya mengirimkan sms
kepada beliau yang berisi sosialisasi dan ajakan untuk hadir dalam acara
Konferensi Rajab 1432 H di JEC Yogyakarta.
Diskusi ini berakhir dengan sebuah ketidaksepakatan mengenai:
Apakah Buya Natsir—rahimahullâh—memiliki konsep yang matang
tentang Negara Islam? Pendirian saya: Tidak. Sedangkan pak dosen menyatakan
sebaliknya. Namun sayangnya beliau tidak menjawab ketika ditanya mengenai buku
apa yang menunjukkan bahwa Buya Natsir memang punya konsep Negara Islam yang
matang?
Semoga Allah mengampuni kami semua dan memperkenankan ribuan
doa yang terpanjat setiap hari untuk kembalinya Daulah Khilafah. Âmîn.
Dosen:
Sejahtera di bawah kesatuan umat. Bagaimana mencitakan
khilafah, masjid saja HTI tidak punya? Terima kasih.
16/05/2011 5:27 pm
Saya:
HTI punya konsep, pak. Dan sedang berusaha menyebarluaskan
dan menjalankan konsep tersebut.
16/05/2011 5:42 pm
Dosen:
Yang lain punya konsep sejak 1 abad lalu, mas. Piye tha?
Saya:
16/05/2011 5:33 pm
Iya, pak. Apa tidak boleh punya konsep lain yang coba
ditawarkan? Sebab yang lain jarang mengkampanyekan konsepnya. Misalnya soal
bagaimana kedaulatan yang sesuai dengan akidah Islam, apakah kedaulatan rakyat,
kedaulatan raja, kedaulatan wakil rakyat seperti saat ini terjadi, kedaulatan
hukum, atau yang lain? Karena kurangnya edukasi terhadap umat terkait hal tersebut,
banyak umat yang tidak memiliki wawasan politik Islam yang memadai.
16/05/2011 5:33 pm
Dosen:
Bukan belum, tapi cara dan perspektifnya beda.
16/05/2011 5:59 pm
Saya:
Kalau cara dan perspektifnya jelas beda, pak. Tapi saya
melihat memang belum ada edukasi yang memadai tentang hal itu. Saya pernah baca
buku “Negara dan Pemerintahan dalam Islam”*, tapi saya lihat angkatan muda
sendiri jarang sekali mengkaji buku tersebut. Padahal, kalau ada, saya mau
sekali mulazamah dengan ustadz yang punya kompetensi dalam hal tersebut.
Mungkin Njenengan bisa merekomendasikan ustadz yang mau meluangkan waktu untuk
mengkaji buku tsb?
16/05/2011 6:45 pm
Dosen:
Bagaimana punya mimpi khilafah, sekolah SD, SMP, PT, rumah
sakit, masjid tidak punya? Teman-teman HTI bisa kritik organisasi lain tapi
cari hidup dalam organisasi itu.
16/05/2011 pm
Saya:
Setahu saya, banyak pemimpin besar, mampu mendirikan negara,
tapi tidak punya Playgroup, TK, SD, SMP, SMA, PT, Rumah Sakit, dll, pak.
Kalau ada anggota HT yang bekerja di suatu tempat dengan
melanggar aturan, silakan sikapi saja sesuai peraturan yang berlaku di tempat tersebut,
pak. Tapi kalau soal kritik, bukankah hal itu biasa, pak? Dalam internal sebuah
organisasi pun kritik sudah merupakan hal yang lumrah.
16/05/2011 6:422 pm
Dosen:
Pelanggarannya adalah penggerogotan dari dalam.
16/05/2011 6:14 pm
Saya:
Termasuk penggerogotan dari dalam, pak. Oknum yang melakukan
hal tersebut sebaiknya diambil tindakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
16/05/2011 6:48 pm
Dosen:
Saya sempat ngaji ke ustadz Helmi, Ketua Dewan Syura PKS 22
thn lalu. Dia jelaskn konsep dawlah dengan sangat terang, tapi mendirikan
dawlah ternyata beda lagi. Hehe
16/05/2011 6:45 pm
Saya:
Seringkali kenyataan memang tidak sesuai dengan konsep awal.
Ini dialami oleh hampir semua organisisasi. Sangat disayangkan saat ini seluruh
partai berasas Islam di parlemen mengalami pragmatisasi. Banyak faktor yang
membuat itu terjadi. Di antaranya karena konsepnya sendiri tidak jelas benar. Tidak
semua kader partai Islam, misalnya, mengerti bagaimana gambaran utuh negara
menurut Islam dan apa bedanya dengan negara sekuler-kapitalisme-demokrasi.
Menyalahi konsep sangat salah. Tapi tidak membuat konsep, menurut saya lebih
salah lagi.
16/05/2011 7:42 pm
Dosen:
Natsir dkk sudah mencobanya, gagal total. PKS sama HTI
apatahlagi, karena cuma sempalan ikhwan yang katakan politik tapi tidak punya
partai politik.
16/05/2011 9:49 pm
Saya:
Yang saya tahu Buya Natsir—rahimahullaah—belum memiliki
gagasan negara Islam yang sempurna dan detail, pak. Beliau juga tidak
menjelaskan secara gamblang bagaimana mewujudkannya sesuai metode yang ditempuh
oleh Nabi.
Kita tidak tahu akhir perjalanan sebuah organisasi, karena
hal itu merupakan perkara ghaib. Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa melihat
dari konsepsi dan konsistensi terhadap konsepsi tersebut. Mohon dikoreksi kalau
saya keliru. Oya, HT bukan sempalan Ikhwan. Itu dua organ yang berbeda sejak
awal.
16/05/2011 10:09 pm
Dosen:
Wah kalo Natsir dikatakan demikian, berarti HTI tidak baca sejarah.
Baiklah saya katakan iqra qabla an taquul. Bacalah sebelum bicara. Maaf cukup sampai
sini dan tak perlu ada sms lagi terima kasih.
16/05/2011 10:04 pm
Saya:
Maaf, pak, apa Magnum Opus milik Buya Natsir Allaahu Yarham yang
akan menunjukkan kepada saya tentang bangunan negara yang beliau perjuangkan
beserta jalan untuk mewujudkannya? Saya belajar menjadi pembelajar. Kalau
panjenengan punya buku dimaksud, mungkin saya bisa pinjam.
16/05/2011 10:20 pm
*Ditulis oleh salah seorang tokoh Muhammadiyah, K.H. Azhar
Basyir—Allâhu yarham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar