Empat Hadis
tentang Ikhlas
حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ عَنْ مُعَانِ بْنِ
رِفَاعَةَ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ بُخْتٍ الْمَكِّيُّ عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ نَضَّرَ اللَّهُ عَبْدًا سَمِعَ مَقَالَتِي هَذِهِ فَحَمَلَهَا فَرُبَّ حَامِلِ
الْفِقْهِ فِيهِ غَيْرُ فَقِيهٍ وَرُبَّ حَامِلِ الْفِقْهِ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ
مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ صَدْرُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ وَمُنَاصَحَةُ أُولِي الْأَمْرِ وَلُزُومُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ
فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
(مسند أحمد, 12871)
Abû al-Mughîrah menceritakan
kepada kami, dari Mu’ân ibn Rifâ’ah, ia berkata: ‘Abdul Wahhâb ibn Bukht
al-Makkî telah menceritakan kepadaku, dari Anas ibn Mâlik dari Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wasallam, belia bersabda: Allah akan menerangi orang yang mendengar
perkataanku, kemudian ia memahaminya, menjaganya, dan menyampaikannya. Terkadang
ada orang yang membawa pengetahuan kepada orang yang lebih tahu darinya. Ada tiga
perkara yang menyebabkan hati seorang muslim tidak dirasuki sifat dengki, yaitu
ikhlas beramal karena Allah, menasihati pemimpin kaum Muslimin, dan senantiasa
ada dalam jamaah kaum muslimin. Karena dakwah akan menyelimuti dari belakang
mereka. (Musnad Ahmad, 12871)
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ
سُفْيَانَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ وَالدِّينِ
وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ وَهُوَ يَشُكُّ فِي السَّادِسَةِ قَالَ فَمَنْ
عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ
قَالَ عَبْد اللَّهِ قَالَ أَبِي أَبُو سَلَمَةَ
هَذَا الْمُغِيرَةُ بْنُ مُسْلِمٍ أَخُو عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُسْلِمٍ الْقَسْمَلِيِّ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ
سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ الْخُرَاسَانِيِّ
عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ
(مسند أحمد, 20273)
‘Abdurrazzâq menceritakan
kepada kami, dari Ma’mar, dari Sufyân, dari Abû Salamah, dari ar-Rabî’ ibn
Anas, dari Abû al-‘Âliyah, dari Ubayy ibn Ka’b, ia berkata:
Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wasallam bersabda: Berikanlah kabar gembira kepada umat ini dengan
kemegahan, keluhuran, pertolongan, dan keteguhan di muka bumi. Siapa saja dari
umat ini yang melaksanakan amal akhirat untuk dunianya, maka kelak di akhirat
ia tidak akan mendapatkan bagian apapun.
‘Abdullâh berkata: Bapakku, Abû berkata: Abû
Salamah ini adalah al-Mughîrah ibn Muslim, saudaranya ‘Abdul ‘Azîz ibn Muslim al-Qasmalî.
Muhammad ibn Abû Bakr al-Muqaddamî menceritakan kepada kami, Mu’tamir ibn
Sulaimân menceritakan kepada kami, Sufyân ats-Tsaurî menceritakan kepada kami,
dari Abû Salamah al-Khurâsânî, dari ar-Rabî’ ibn Anas, dari Abû al-‘Âliyah,
dari Ubayy ibn Ka’b, dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, hadis yang
semisal.
(Musnad Ahmad,
20273)
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ
حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنْ الرَّبِيعِ
بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ فَارَقَ الدُّنْيَا عَلَى الْإِخْلَاصِ لِلَّهِ وَحْدَهُ
وَعِبَادَتِهِ لَا شَرِيكَ لَهُ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ مَاتَ
وَاللَّهُ عَنْهُ رَاضٍ
قَالَ أَنَسٌ وَهُوَ دِينُ اللَّهِ الَّذِي جَاءَتْ
بِهِ الرُّسُلُ وَبَلَّغُوهُ عَنْ رَبِّهِمْ قَبْلَ هَرْجِ الْأَحَادِيثِ وَاخْتِلَافِ
الْأَهْوَاءِ وَتَصْدِيقُ ذَلِكَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فِي آخِرِ مَا نَزَلَ يَقُولُ
اللَّهُ
{ فَإِنْ تَابُوا }
قَالَ خَلْعُ الْأَوْثَانِ وَعِبَادَتِهَا
{ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ
}
وَقَالَ فِي آيَةٍ أُخْرَى
{ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا
الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ }
حَدَّثَنَا أَبُو حَاتِمٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
بْنُ مُوسَى الْعَبْسِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ
أَنَسٍ مِثْلَهُ
(سنن ابن ماجه, 69)
Nashr ibn ‘Alî
al-Jahdhamî menceritakan kepada kami, Abû Ahmad menceritakan kepada
kami, Abû Ja’far ar-Râzî menceritakan kepada kami, dari ar-Rabî’ ibn Anas, dari
Mâlik, ia berkata: Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: Siapa
saja yang berpisah dari dunia (wafat) dengan membawa keikhlasan kepada Allah
saja, ia tidak menyekutukan Allah sedikit pun, ia melaksanakan shalat, dan
menunaikan zakat, maka ia telah meninggalkan dunia ini dalam keadaan Allah
ridha kepadanya.
Anas berkata, itu
adalah agama Allah yang dibawa oleh para Rasul. Mereka menyampaikannya dari
Rabb mereka sebelum terjadi kekacauan dalam berbagai pembicaraan dan perselisihan
hawa nafsu. Legitimasi atas hal itu terdapat di dalam Kitab Allah pada
ayat-ayat terakhir yang turun. Allah berfirman:
{ فَإِنْ تَابُوا }
Jika
mereka kembali
Ia berkata: Meninggalkan penyembahan terhadap
berhala-berhala.
{ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَآتَوْا الزَّكَاةَ }
Dan
menegakkan shalat serta menunaikan zakat.
Allah berfirman di ayat yang lain:
{ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ }
Dan
jika mereka kembali, menegakkan shalat, serta menunaikan zakat, maka mereka
adalah saudaramu dalam agama.
Abû Hâtim menceritakan kepada kami, ‘Ubaidullâh
ibn Mûsaâ al-‘Absî menceritakan kepada kami, Abû Ja’far ar-Râzî menceritakan
kepada kami, dari ar-Rabî ib Anas, yang semisalnya.
(Sunan Ibnu Mâjah, 69)
أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ هِلَالٍ الْحِمْصِيُّ قَالَ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حِمْيَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ عَنْ
عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ شَدَّادٍ أَبِي عَمَّارٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ
قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَالَهُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهَا
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا
كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
(سنن النسائي, 3089)
‘Îsâ ibn Hilâl
al-Himshî mengabari kami, ia berkata: Muhammad ibn Himyar
berkata: Mu’âwiyah ibn Sallâm menceritakan kepada kami, dari ‘Ikrimah ibn ‘Ammâr,
dari Syaddâd Abû ‘Ammâr, dari Abû Umâmah al-Bâhilî, ia berkata: Datang seorang
lelaki kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, lalu berkata: Apa
pendapat Engkau tentang seseorang yang berperang untuk mendapat imbalan dan pujian,
ia mendapat apa? Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menjawab: Ia
tidak mendapat apa-apa. Lelaki itu mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: Ia tidak mendapatkan
apa-apa. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya Allah tidak menerima amal
kecuali yang dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah semata. (Sunan
an-Nasâ`î, 3089)
Ikhlash itu adalah dalam hubungan antara seseorang dengan Allah. Berfikirlah untuk dapat memperoleh dana besar dari orang-orang yang tidak akhlas, ketimbang mengharapkan terkumpulnya dana-dana kecil dari orang-orang yang penuh keikhlasan.
BalasHapusHarta sedikit yang diinfakkan dengan penuh ikhlas, jauh lebih berbobot dan lebih berkah dibandingkan harta yang diinfakkan tanpa keikhlasan. Misalnya, kita mendapat dana besar dari PBB untuk mempromosikan demokrasi (ajaran yang mengajarkan manusia untuk menyembah manusia yang lain dalam pembuatan undang-undang), maka dana itu tidak akan berkah, bahkan sebaliknya mengundang bencana. Tetapi jika kita mengumpulkan iuran dari sesama muslim yang kita kenal kesalehannya, lalu kita gunakan untuk mendidik umat dengan syariat Islam, maka in syaa`allaah dana tersebut akan mengundang berkah dan keridhaan-Nya.
BalasHapus