Surat Untuk Hûr
‘În (2)
Assalâmu ‘alaikum.
Sehat? Aku juga. Tetapi hari
ini aku masih saja melakukan suatu hal yang membuat jiwaku sakit. Dan itu tidak
akan aku ceritakan kepadamu. Tak apa ya? Kata Ustadz, menutupi aib diri sendiri
adalah bagian dari rasa syukur.
Aku ingin ceritakan tentang
motor saja. Mau mendengar? Selepas itu, aku akan beritahukan sesuatu yang masih
ada hubungannya dengan motorku itu, yaitu Surat Cahaya. Coba tebak, apa
hubungannya? Aku beri waktu tiga menit untuk berpikir.
Yap, selesai. Simpan jawabanmu,
nanti cocokkan dengan kunci jawaban. Sekarang aku mau memulai cerita.
Motorku kemarin kubawa ke
bengkel resmi. Dua hari sebelumnya ia tidak mau menyala. Kata Muldan, kalau
tidak businya, penyakitnya pasti ada pada karburator. Tetapi bapak yang
dibengkel bilang, harus ganti seher. Katanya, oli di tabung habis karena
terbakar. Wah… mana mahal lagi biayanya. Kata beliau, biayanya delapan ratus
ribu! Karena belum ada dana sebanyak itu, akhirnya diputuskan agar bisa jalan
saja dulu.
Bapak sms. Beliau menyarankan
untuk cari di luar, siapa tahu lebih murah. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya
kepada Hemat. Hari ini dia datang, berbincang tentang itu, shalat maghrib,
shalat isya, makan ala kadarnya, lalu kami berpisah karena sama-sama punya
agenda. Nasib motorku masih perlu pertimbangan.
Nah, lalu apa hubungannya
dengan Surat Cahaya? Hubungannya adalah … hmmm,,, aku yakin tebakanmu pasti
salah. Hubungannya adalah, aku teringat dengan Dr. Muhammad Râtib an-Nâblusî
yang pernah menulis:
Jadi, aku pancarkan surat
ini kepada kalian, dan aku berharap kalian mengajarkannya kepada kaum wanita
kalian, baik engkau sendiri yang mengajarkannya, atau ajaklah mereka untuk
menghadiri kajian-kajian yang berhubungan dengan wanita ini. Karena
sesungguhnya mereka adalah separoh masyarakat. Apabila mereka baik, maka
baiklah masyarakat, dan apabila mereka rusak, rusak pulalah masyarkat. Karena hubungan
antara wanita dan pria adalah hubungan yang positif jika bernaung di bawah aturan
syariat, dan hubungan keduanya adalah hubungan yang menyebabkan kerusakan
apabila bernaung di bawah kebebasan. Seperti halnya hubungan bensin dengan mobil
adalah hubungan yang positif. Tanpa bahan bakar ini, mobil tak akan bisa
berjalan. Mobil hanya bergerak dengan bahan bakar ini. Tetapi dengan syarat
bahan bakar tersebut ada di tempat penyimpanannya, lalu mengalir ke pipa yang
terhubung ke motor, lalu ke distributor listrik, lalu ke ruang-ruang pembakaran
(busi), sehingga ia terbakar, tetapi menghasilkan gerakan yang bisa membawamu
dari satu tempat ke tempat lain. Bahan bakar cair ini menjadi nikmat yang besar
yang bisa membawamu dari satu tempat ke tempat lain. Namun apabila bahan bakar
ini keluar dari tempat penyimpanannya, serta keluar dari selang-selangnya,
bocor menggenangi mobil, lalu datang percikan api yang membakarnya, maka ia
akan menjadi daya perusak.
Jadi, bensin ini bisa
menjadi kekuatan yang menggerakkan naik menuju Allah ‘Azza wa Jalla, atau
menjadi kekuatan yang menghancurkan, yang melenyapkan hidupmu dengan sia-sia. Karena
itulah, tema ini penting sekali. Di dalam al-Qur`ânul Karîm terdapat banyak
sekali ayat yang berbicara tentang wanita, penjagaan terhadap mereka, apa saja
yang halal bagi mereka, apa saja yang diharamkan atas mereka, di dalam satu
tema yang menampakkan keindahan mereka. Semuanya adalah tema-tema yang wajib kita
ambil. Maksudnya, apabila engkau menginginkan imanmu selamat, hidupmu tentram, serta
akhiratmu bahagia, maka engkau wajib mengambil apa yang ada pada surat ini
berupa hukum-hukum yang rinci. Engkau harus, wahai Ikhwah, untuk
mempelajarinya, serta mengajarkannya kepada kaum wanita kalian.
Sekarang sudah tahu
hubungannya kan? Yah, meskipun sebenarnya yang beliau tulis bukan motor,
melainkan mobil. Tapi saya kan baru punya motor. Itu pun bukan motor saya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar