Minggu, Desember 26, 2010

Putriku Belajar I'rob

“Romo, mau tanya.” Putri mungilku mendekatkan kepalanya ke dadaku, mendongak dan memandangi wajahku.

“Mau tanya apa?”

“Pinjam Qurannya ya, Romo.” Tanpa menunggu diiyakan, jemarinya langsung merampas mushaf dari tanganku, dan tanpa rasa berdosa meletakkan kepala yang terbalut kerudung itu di atas pangkuanku. “Di surat an-Nashr, kata Allah harakatnya kasroh semua. Kalau di surat al-Ikhlas kata Allahnya didomah. Itu kenapa, Romo?”

“Oh, itu. Itu kan dari sananya.”

“Dari sananya itu dari mana?”

“Dari Allah.”

“Ye, Jiha juga tahu. Maksud Jiha, kok bisa begitu?”

“Hm,,, anak Romo mesti belajar I’rob kalau begitu.”

“Apa itu?”

“al-I’roobu huwa taghyiiru awaakhiril kalimi likhtilaafil ‘awaamilid daakhilati ‘alaihaa lafzhon aw taqdiiron.”

“Yah, Romo, Jiha ndak ngerti.”

“Sama. Hihi,,”

“Hahaha, Romo sok-sokan”.

“Itu dulu. Sekarang Romo paham dong. Coba Jiha ambil buku kecil warna oranye di rak Romo itu.”

“Oke.” Si Jiha mengangkat tubuhnya. Berjalan santai sekali ke tempat yang saya tunjuk tadi. Khas. Mirip sekali dengan sang Ummi.

“Ini Abi, bukunya.” Jiha setengah berteriak. Wow, si Ummi datang rupanya. Sulungku ini memang unik. Kalau memanggilku dengan Abi, itu artinya ia mengindera Umminya berada tidak jauh dari tempatnya. Umminya lebih suka ia memanggilku dengan kata itu.

“Kalau mau tahu lebih banyak, Jiha bisa baca buku ini. Pertanyaan Jiha tadi ada di pembahasan I’rob. Kalimat yang Romo bacakan tadi artinya I’rob adalah perubahan akhir-akhir kata karena perubahan ‘amil-‘amil yang memasukinya, baik lafazhnya maupun kira-kiranya. Jadi, ilmu I’rob itu mempelajari bunyi huruf akhir suatu kata dalam bahasa Arab.” Saya sengaja berhenti. Menunggu reaksi bocah bermata sipit di depanku itu. Sebenarnya tidak terlalu sipit. Tapi kalau tertawa, pasti tenggelam.

“Terusin, Bi.”

“Ndak ah. Sudah mau magrib. Jiha mandi dulu sana. Nanti habis isya aja ya disambungnya.”

“Yah… Abiii…”

“Hus,, sudah sana ke Bunda.” Bunda. Selain Ummi, saya mengajari Jiha memanggil ibunya dengan sapaan Bunda. “Eh, jangan lupa bilang ke Bunda, I love you, gitu ya…”

“Ih, Abi genit.”

“Lho, kok genit. Kan yang bilang I love you ke Bunda nanti Jiha, bukan Romo.”

***

“Abi… Abi… !”

“Ada apa, sayang?”

“Ayo ke masjid.”

“Oke. Tapi sebentar ya, Romo mau pakai minyak wangi dulu.” Saya pergi ambil minyak wangi dan segera menjumpai Jiha kembali. “Kenapa tumben ngajak Romo ke masjid.”

“Kata guru Jiha, laki-laki wajib ke masjid. Jiha sudah dua hari ndak lihat Abi solat magrib di masjid. Dosa lho…” Weit, putriku jadi penganut madzhab Imam Ahmad. Hehe, tak apa, semoga kelak ia bisa mencapai derajat seperti Imam Ahmad.

“Siapa bilang Romo ndak ke masjid. Jiha saja ndak lihat. Dua hari ini kan Romo pulang ke rumah malam terus.”

“Pokoknya sekarang ke masjid.” Hehe, jurusnya ‘pokoknya’ Jiha muncul, sambil menggered tangan saya ke arah pintu.

“Abu Jiha, nanti jadi kan kajiannya?” terdengar suara Ummu Jiha sebelum kami benar-benar keluar rumah. Beberapa hari yang lalu saya berjanji menelaah ayat Quran rutin selepas magrib mulai hari ini.

“Insya Allah.”





Bismillâhirrahmânirrahîm

Setelah memuji Allah dan memohonkan solawat untuk Rasul-Nya, saya mulai kajian ayat magrib itu.

“Kita mulai dari awal saja ya. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita mendapat ilmu. Ayat pertama dalam Alquran adalah bismillaahirrahmaanirrahiim. Kita sering menyebutnya basmalah. Dalam ayat ini terdapat lima kata, yaitu huruf baa` yang dibaca bi, ism, Allaah, ar-Rahmaan, dan ar-Rahiim.

Kita bahas kata Allaah saja dulu ya. Soalnya tadi sebelum magrib Jiha tanya, kenapa kok kata Allaah dalam surat an-Nashr dibaca hi, kasroh, sedangkan dalam surat al-Ikhlas dibaca hu, domah.. kita lihat, di sini juga kata Allaah dibaca kasroh, jadi bunyinya hi. Tidak hanya kata Allah, kata yang lain dalam basmalah juga dibaca kasroh, yaitu bi dan ismi yang penulisannya digabungkan jadi bismi, Allaahi, ar-Rahmaani, dan ar-Rahiimi. Semua itu karena kata-kata tersebut berada dalam posisi Jar.

Begitu juga kata Allaah di dalam surat al-Ikhlas dibaca kasroh karena dalam posisi Jar.”

“Jar itu apa, Romo?,” tanya Jiha. Hihi, tumben memanggil saya Romo di depan Bundanya. Memang terkadang demikian. Tetapi lebih sering memanggil saya Abi, kalau Bundanya ada.

“Jar itu salah satu jenis perubahan bunyi akhir kata dalam bahasa Arab. Dengan kata lain, salah satu jenis I’rob.”

“Jenis I’rob itu ada berapa sih, Romo?”

“Jenis I’rob ada empat, yaitu Rofa’, Nasob, Jar, sama Jazm. Dihapalkan ya…”

“Ulang, Abi.”

“Rofa’, Nasob, Jar, Jazm”

“Rofa’, Nasob, Jar, Jazm”.

“Pintar!” Senyum. “Baik, untuk tatabahasanya cukup dulu ya. Kalau Jiha belum ngantuk, kita bisa lanjutkan selepas isya. Sekarang kita lanjutkan ke hal yang lain.”

Terdengar adzan Isya. “Hmm,, karena sudah Isya, untuk hari ini kita cukupkan sekian saja dulu. Besok insya Allah kita lanjutkan dengan membahas lafazh Allah. Kita akhiri dengan doa kafaratul majlis.”