Selasa, April 30, 2013

Rampai Faidah dan Pelajaran dari Kisah Para Nabi (2)

1- Tauhid adalah yang Pertama Kali Dibawa Rasu

Hal pertama yang para Rasul untuk memulai dakwah mereka kepada kaumnya adalah memerintahkan mereka untuk mengesakan Rabb Yang Menciptakan, Memberi rejeki, serta Memberi nikmat kepada mereka. Mereka menjelaskan kepada kaumnya bahwa hanya Allah yang berhak untuk diibadahi.

Mengenai ‘Îsâ ‘alaihissalâm, Allah menceritakan tentang beliau dan dakwahnya kepada kaumnya, dengan berfirman:

{   … وقال المسيح يابني إسرائيل اعبدوا الله ربي وربكم إنه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار }

… dan Al-Masîh berkata, wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya siapa saja yang menyekutukan Allah, sungguh Allah mengharamkan baginya surga dan tempat istirahatnya adalah neraka. Tidak ada bagi orang-orang zhalim satu penolongpun. (al-Mâidah [5]:72)

Mengenai Ibrâhîm, beliau mewanti-wanti bapak dan kaumnya:

{ وإذ قال إبراهيم لأبيه آزر أتتخذ أصناما آلهة إني أراك وقومك في ضلال مبين }
Dan ingatlah ketika Ibrâhîm berkata kepada bapaknya: Apakah engkau akan mengambil berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya akan melihatmu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata. (al-An’âm [6]:74)

Mengenai Nûh, beliau mengatakan:

{… ياقوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره إني أخاف عليكم عذاب يوم عظيم }

… wahai kaumku, sembahlah Allah. Kalian tidak memiliki satu pun Ilâh selain-Nya. Sesungguhnya aku khawatir siksa pada hari yang dahsyat menimpa kalian. (al-A’râf []:59)


Hûd, Shâlih, Syu’aib –‘alaihimussalâm– mereka semua berkata kepada kaumnya: Sembahlah Allah. Kalian tidak memiliki satu Ilâh pun selain-Nya. Demikian pula para Nabi dan Rasul yang datang setelah dan sebelum mereka, mereka memulai dengan dakwah tauhid sebelum segala sesuatu, karena apabila tauhidnya telah benar, bersih dari kotoran-kotoran syirik, serta akidahnya selamat dari kesesatan-kesesatan yang batil, maka hal itu adalah gerbang diampuninya dosa dan diterimanya amal.

Para dai yang mengajakkepada Allah, mereka memiliki pendahulu di kalangan para Rasul Allah dan paraNabi-Nya –dan mereka adalah sebaik-baik salaf–, sehingga sudah sepantasnya merekamemahami pokok yang agung ini, dan membetulkan akidah manusia dengan hikmah dannasihat yang baik, serta tidak diam dari penyimpangan-penyimpangan yang menodaitauhid dengan dalih mengikat hati mereka dan mengumpulkan potensi terbesarmereka. Karena, jika yang mereka inginkan untuk membuat perkumpulan yang besaritu tercapai, mereka tidak lain akan seperti buih banjir; mereka tidak memilikisesuatu yang bisa membentengi mereka melawan syubhat-syubhat yang menyesatkan danopini-opini yang rusak. Apakah Islam tidak didatangkan kecuali dari ahli kalam,ahli bid’ah, dan khurafat-khurafat?

Rampai Faidah dan Pelajaran dari Kisah Para Nabi (1)


Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah. Kita memujinya, memohon pertolongan, meminta ampun, bertobat, serta berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan keburukan amal-amal kita. Siapa saja yang Allah berikan ia petunjuk, tiada satupun yang dapat menyesatkannya. Sedangkan siapa saja yang Dia sesatkan, tiadalah yang dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tiada Ilâh yang berhak disembah kecuali Allah semata tanpa sekutu baginya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya—semoga Allah melimpahi kesejahteraan dan keselamatan kepadanya dan kepada keluarganya hingga hari kiamat. Tsumma ammâ ba’du:

Sesungguhnya para Nabi adalah manusia paling sempurna akalnya, paling baik akhlaknya, paling teguh kesabarannya dalam menghadapi cobaan. Allah memilih mereka untuk menjadi para duta kepada kaum mereka, agar mereka memberi kabar gembira dengan rahmat Allah dan keutamaan-Nya jika mereka menaati-Nya, serta memperingatkan mereka akan kemarahan dan murka Allah jika mereka durhakan kepada-Nya lagi menyalahi perintahnya.

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah menyebutkan di dalam Kitab-Nya yang mulia tentang segolongan di antara para Rasul dan para Nabi. Jumlah mereka ada 25 Nabi. Delapan belas di antara mereka disebutkan di dalam empat ayat secara berurutan di Surat al-An’âm, yaitu Firman Allah Ta’âlâ:

Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

And that was Our [conclusive] argument which We gave Abraham against his people. We raise by degrees whom We will. Indeed, your Lord is Wise and Knowing.

And We gave to Abraham, Isaac and Jacob - all [of them] We guided. And Noah, We guided before; and among his descendants, David and Solomon and Job and Joseph and Moses and Aaron. Thus do We reward the doers of good.

dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.

And Zechariah and John and Jesus and Elias - and all were of the righteous.

dan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),
And Ishmael and Elisha and Jonah and Lot - and all [of them] We preferred over the worlds.

(al-An’âm [6]:83-86)

Sedangkan tujuh Nabi yang lain adalah Âdam, Idrîs, Hûd, Shâlih, Syu’aib, Dzû al-Kifli, serta Muhammad ‘alaihim shalawâtullâhi wasalâmuhû ajma’în. Disebutkannya mereka di dalam Alquran bukan berarti orang-orang yang diangkat sebagai Nabi dan Rasul hanya mereka saja. Tidak. Maknanya tidak begitu. Tetapi banyak di antara para Nabi yang tidak disebutkan di dalam Alquran. Allah Ta’âlâ berfirman:

{ورسلاً قد قصصناهم عليك من قبل ورسلاً لم نقصصهم عليك}

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. (An-Nisâ` [4]:64)


Al-Qâsimî mengatakan: Kemudian ketahuilah bahwa kisah-kisah Alquranul Karim tidak menginginkan untuk menyebutkan sejarah bangsa-bangsa atau tokoh-tokoh tertentu, kecuali kisah-kisah tersebut adalah pelajaran bagi manusia, sebagaimana Allah Ta’âlâ berfirman di surat Hûd, setelah menyebutkan secara ringkas sepenggal perjalanan para Nabi ‘alaihimussalâm bersama kaum-kaum mereka:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

And each [story] We relate to you from the news of the messengers is that by which We make firm your heart. And there has come to you, in this, the truth and an instruction and a reminder for the believers.


Al-Qâsimî berkata: Dan di dalam kisah-kisah itu terdapat berbagai faidah yang besar, bahkan faidah-faidah yang paling utama dan pelajaran-pelajaran paling penting. Di dalamnya terdapat ajakan untuk memperhatikan berbagai sunnatullah di dalam perkumpulan manusia serta dampak amal-amal yang baik dan yang buruk di dalam kehidupan kemanusiaan.