Minggu, Juli 17, 2016

ISTIDRAAJ

Ayat 1P1A kita pekan ini (al-An'aam:44) bertema: ISTIDRAAJ. Apakah itu?

Rasulullah bersabda tentang Surat al-An'aam ayat 44:

Apabila kamu melihat Allah memberi seorang hamba sebagian dari dunia yang ia senangi dengan jalan maksiat, maka itu hanyalah istidraaj. Lalu beliau membaca (al-An'aam:45):

"Maka ketika mereka melupakan apa yang diingatkan kepada mereka, justru Kami bukakan pintu-pintu kesenangan, hingga apabila mereka bersuka-cita dengan apa yang dianugerahkan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, sedangkan mereka tercengang putus asa dari segala kebajikan."
(HR Ahmad, al-Baihaqi, ath-Thabrani)

Beberapa pelajaran dari al-An'aam ayat 44:

1. Maksiat bisa saja mendatangkan kelimpahan harta, kesejahteraan, kekuasaan, dan segala kesenangan dan kemudahan duniawi lainnya.

2. Kesenangan dunia yang didapat dari maksiat hanyalah kesenangan sementara.

3. Kesenangan yang didapat dengan maksiat hanyalah cara Allah untuk membuat pelakunya lengah.

4. Saat pelakunya lengah, Allah timpakan kepada mereka siksa yang tiba-tiba. Itulah istidraaj.
Semoga kita semua Allah lindungi dari hal demikian.

Pancoran, Jakarta, 26 Ramadhan 1437 H/01 Juli 2016 M 00:44 WIB

BAYI YANG DIBUNUH

BAYI YANG DIBUNUH

At Takwiir [81]:8-9

"dan apabila anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, atas dosa apa mereka dibunuh?"

Beberapa hal terkait dua ayat di atas:

1. Orang-orang Arab jahiliyah merasa malu mempunyai anak perempuan.

2. Sebab, merekan kuatir jika kelak dia tumbuh dewasa dan lalu dizinai oleh orang lain. Perbuatan zina oleh anak perempuan adalah aib yang luar biasa bagi keluarga dan suku. Maka, sebelum dewasa, anak perempuan dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup, agar tidak ada peluang nama baik keluarga dan suku tercoreng gara-gara anak perempuan tersebut berzina.

3. Betapa besar penjagaan orang Arab terhadap kehormatan sehingga mereka tega menghabisi nyawa darah dagingnya sendiri hanya gara-gara takut kelak putrinya akan berzina. Bandingkan kondisi manusia saat ini, betapa banyak orang tua yang dengan santai membiarkan putrinya dijamah lelaki asing yang bukan siapa-siapanya. (Misal: dengan membolehkan mereka pacaran).

4. Meski pembunuhan terhadap anak perempuan oleh orang Arab didasari tujuan yang luhur, ternyata Allah Ta'aalaa mencela perbuatan tersebut.

6. Allah mencela perbuatan orang Arab yang mengubur anaknya hidup-hidup dengan menanyakan kepada anak tersebut: Apa dosa yang menyebabkan kamu dibunuh, wahai anak?

7. Jawabannya tentu saja: tidak ada dosa apapun yang dia lakukan. Anak kecil belum memiliki dosa.

8. Kalau demikian, berarti pembunuhan yang dilakukan terhadap anak tersebut adalah pembunuhan tanpa alasan yang benar.

9. Surat at Takwiir:8-9 adalah satu dari sekian banyak ayat yang mengajari kita untuk berlaku kritis terhadap fenomena kerusakan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

10. Meski Alquran turun belasan abad yang lalu, namun ayat-ayatnya masih relevan untuk membaca berbagai fenomena sosial. Pembunuhan terhadap janin dan anak-anak yang masih marak di zaman kita hidup ini menjadi cermin, betapa kerusakan yang dicela oleh Alquran belasan abad yang lalu ternyata masih saja terjadi. Kenyataan yang memanggil kita untuk peduli.

Jakarta, 29 Ramadhan 1437 H/04 Juli 2016 M 16.20 WIB

Pin BB: 5B97ACC7
WA: 0822-4252-2585

Minggu, Mei 29, 2016

Ekstrimisme Agama


Ekstrimisme agama. Istilah itu sering didengar. Biasa digunakan untuk menyudutkan dan menolak formalisasi ajaran agama, khususnya Islam. Tapi dari seorang teman di facebook, saya baru tahu artinya - setidaknya versi dia. Menurutnya, yang dimaksud ekstrimisme agama adalah "memaksakan kehadiran agama Islam secara formal dalam lingkup publik yang heterogen."

Kata "memaksa" bisa jadi adalah kata yang tepat dalam perbincangan mengenai negara. Sebab negara sendiri memang merupakan "institusi pemaksa" dalam sebagian atau keseluruhan maknanya; untuk sebagian (mayoritas/minoritas) atau keseluruhan warga negaranya. Dalam menuntut ketaatan, sedikit atau banyak, negara membutuhkan pemaksaan. Maka tak adil jika "formalisasi agama" dianggap "ekstrimisme" tetapi jika "formalisasi sekulerisme" dianggap kewajaran. Sebab, baik "negara sekuler" maupun "negara Islam", keduanya sama-sama memaksa.


Begitu juga tentang heterogenitas. Tidak ada, pada faktanya, negara yang menerapkan aturan publik yang heterogen karena warganya heterogen pula. Yang namanya aturan publik, pasti satu, bersumber dari satu pandangan hidup tertentu. Dan yang namanya pandangan hidup, tidak bisa netral.

Muslim Sekuler

Anda Muslim?

Ya.

Mengapa Anda melakukan korupsi?

Apa hubungannya agama saya dengan korupsi yang saya lakukan?

Bukankah Islam melarang Anda melakukan korupsi?

Korupsi itu urusan muamalah, Bung. Itu wilayah publik. Jangan masukkan agama dalam ranah publik.

Ada ayat di dalam Alquran yang melarang Anda untuk memakan harta dengan jalan yang batil. Bagaimana menurut Anda?

Jangan memahami ayat secara tekstual. Ayat itu bisa diinterpretasi macam-macam. Semua orang bebas menafsirkan Alquran.

Apakah Anda tidak takut adzab Allah di akhirat kelak?

Zaman sekarang sudah tidak relevan lagi berbicara adzab akhirat. Orang-orang sudah sampai bulan, Anda masih bicara akhirat. Pola pikir mistis begini yang membuat orang Islam tidak kunjung maju.

Jadi, Anda menganggap korupsi yang Anda lakukan itu sah-sah saja?

Tentu saja tidak. Hukum di negeri ini menyatakan korupsi adalah tindakan kriminal. Jadi, kalau Anda mau bicara soal korupsi, jangan kaitkan dengan agama. Itu tidak relevan. Anda mestinya bicara soal KUHP.

Lalu, mengapa Anda masih tetap melakukan korupsi?

Begini, bung, biar saya jelaskan. Teman-teman saya banyak yang korupsi. Saya lihat mereka bisa terus melakukannya tanpa tertangkap pihak berwenang. Saya ini, nasib saya saja yang kebetulan baru sial. Saya kurang hati-hati. Coba kalau saya sudah berpengalaman, mungkin nasib saya tidak akan seapes ini. Inilah, bung, salah satu keuntungan menjadi sekuler. Anda hanya cukup merasa takut kalau Anda dipenjara karena melanggar hukum. Anda tidak perlu takut hukuman Tuhan, tak perlu takut dosa. Anda hanya perlu takut jika Anda melanggar hukum, ketahuan, lalu dipenjara. Tapi hal itu bisa diatasi dengan pengalaman yang Anda miliki. Percayalah.

Padepokan Panatagama, 8 Juni 2010

Sabtu, Maret 26, 2016

MASA LALU DAN MASA DEPAN

MASA LALU DAN MASA DEPAN

Arya melakukan obrolan dengan Auliya (laki-laki) di BBM.

Arya: Hay

Arya: PING!!!

Arya: Lg apa

Arya: Ktmuan yu

Arya: Mlm Auliya

Auliya: Siapa kamu?

Arya: Ih galak amet sih

Arya: Emank salah ya

Arya: Kalau ada orang mau kenalan

Auliya: Tidak salah. Makanya saya tanya, siapa kamu?

Arya: Aku Arya ,

Arya: aku tinggal di semfer

Auliya: Semfer itu mana?

Arya: Cilincing

Arya: Kalau Auliya tinggal dmn

Auliya: Di jogja

Auliya: Sdh brp lama di Semfer?

Arya: 5 th

Auliya: Sblmnya di mana?

Arya: Di kampung

Auliya: Kampungnya di mana?

Arya: Bandung

Auliya: Brp lama di Bandung?

Arya: Dari waktu lahir lah

Auliya: 30 tahun yang lalu?

Arya: tua amet

Arya: aku aja masih umur 27

Auliya: Oh, maaf.

Auliya: Berarti 22 tahun di Bandung?

Arya: Iya

Auliya: 22 tahun di Bandung, 5 tahun di Jakarta.

Arya: Iya Auliya

Auliya: Namamu Arya. 22 tahun di Bandung, 5 tahun di Jakarta. Tapi itu tidak menjawab pertanyaan: kamu itu siapa?

Auliya: Untuk menjawab pertanyaan "kamu itu siapa", kamu harus menjawab beberapa pertanyaan lagi. Apakah kamu siap?

Arya: Maksud Auliya

Arya: Ga jawab gmn

Arya: Auliya ga percya

Arya: Gtu.

Arya: Auliya lg ngpain

Arya: Boleh ga kita tlponan

Arya: Mlm Auliya

Auliya: Untuk menjawab pertanyaan "kamu itu siapa", kamu harus menjawab beberapa pertanyaan lagi. Apakah kamu siap?

Arya: Siap

Auliya: 28 tahun yang lalu kamu di mana?

Arya: Aku aja msih umur 27

Auliya: 29 tahun yang lalu kamu di mana?

Arya: Prtanyaan km ngawurr

Auliya: Berarti kamu tidak siap dengan pertanyaannya.

Arya: Iya nanya nya slah

Arya: Aku kan masih umur 27

Auliya: Tidak. Justru itu pertanyaan yang sangat benar. Yang seharusnya kamu dan semua orang seusiamu menjawabnya.

Arya: Kan aku udh jawab

Auliya: 30 tahun yang lalu kamu di mana?

Auliya: Ada 3 pertanyaan yang kamu belum jawab.

Arya: Dirumah

Auliya: 30 tahun yang lalu kamu di rumah?

Arya: Di bandung

Auliya: 30 tahun yang lalu kamu di Bandung? Jadi berapa sebenarnya umurmu?

Arya: 27

Auliya: Jadi keberadaanmu di Bandung lebih lama dibandingkan umurmu? Bagaimana itu bisa terjadi?

Arya: Tidak tau

Auliya: Jadi atas dasar apa kamu menjawab bahwa 30 tahun yang lalu kamu ada di rumahmu di Bandung, jika kamu tidak tahu?

Arya: Aku pgn liat poto km dulu

Auliya: Menjawab pertanyaan tadi jauh lebih penting.

Arya: Aku pusing

Arya: Tolong ngobrol yg lain ok

Auliya: Pusing dalam memikirkan jawaban atas pertanyaan tadi jauh lebih baik.

Auliya: Jika kamu mau memikirkannya dan menjawabnya dengan pikiran yang jernih, itu akan bisa menyelamatkanmu.

Auliya: Aku ingin punya masa depan. Aku juga ingin punya teman-teman yang punya masa depan.

Arya: Ya bu Auliya

Arya: Bisa ga ngobrol yg lain

Auliya: Apakah kamu orang yang punya masa depan?

Arya: Ya pastilah semua orang punya masa depan

Auliya: Orang yang tidak pernah merenungi masa lalu melampui usianya, ia tak dapat memiliki masa depan, masa seratus atas seribu tahun yang akan datang.

*Dialog ini adalah nyata dengan nama tokoh disamarkan.


Diolah ulang di Sedayu, 26 Maret 2016 M/17 Jumâdâ ats-Tsâniyah 1437 H 23.35 WIB