Kamis, Juli 05, 2012

Negara Islam, Negara Kristen, Negara Katholik, Negara Hindu, Negara Budha?

Kalau umat Islam ingin menegakkan Khilafah, bagaimana dengan yang nasrani, apakah mereka boleh juga punya keinginan menjalankan sistem bernegara sesuai dogma keyakinan mereka (meniru sistem Vatikan misalnya), kemudian yang Katholik juga demikian, Hindu juga demikian (sistem kerjaan ala majapahit misalnya yang kekuasaannya mencapai seluruh nusantara), Budha juga demikian (Sriwijaya yang menguasai Sumatara dan Jawa),,, nah kalau demikian bukankah ini berarti perang ? lalu bagaimana Indonesia ini? Hilang dong?

Jawaban:

1. Kalau sekedar keinginan, silakan saja. Tetapi yang paling penting diperhatikan adalah: Apakah Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan ajaran spiritual lain selain Islam memiliki ajaran yang mengatur negara?

2. Jika tidak punya, maka tidak perlu memaksakan diri untuk berkeinginan mengatur negara, sebab jika itu dilakukan, hanya akan terjadi kerusakan. Mengapa? Karena agama yang tidak memiliki perangkat aturan bernegara hanya akan memerintah dengan sembarangan dan berlaku zhalim.

3. Kenyataannya agama-agama selain Islam memang tidak memiliki ajaran bernegara. Akibatnya justru kerusakan dan kezhaliman yang terjadi. Hal ini terbukti pada masa kegelapan Eropa ketika gereja yang sebenarnya tidak memiliki perangkat ajaran dalam mengatur negara mencoba ikut campur dalam urusan pemerintahan, maka yang terjadi adalah justru penindasan manusia terhadap manusia lainnya yang dikemudian hari mengakibatkan orang-orang Barat trauma terhadap segala yang bernama agama.

4. Kalaupun mereka punya, mereka masih perlu membuktikannya dengan menjelaskan bukti-bukti kemampuan agama mereka dalam mengatur negara berdasarkan kitab suci yang mereka miliki. Kalau kemudian terbukti bahwa ajaran kitab suci mereka mengajarkan pengaturan terhadap negara, kita bisa melakukan dialog dan bersaing secara sehat dalam merealisasikan keyakinan kita masing-masing.

5. Saya pernah melakukan dialog dengan seorang beragama Kristen (meskipun tidak meyakini adanya Tuhan) mengenai penerapan syariat Islam. Saya dokumentasikan di blog saya, Dari India ke Negara Syariat Islam (Rekaman Sebuah Diskusi).

6. Tampaknya kemungkinan bahwa agama mereka memiliki perangkat pengaturan negara adalah sangat kecil. Sebab, jika benar agama selain Islam memiliki perangkat mengatur agama, pastilah sudah terdengar dari antara para pemuka mereka yang menyuarakan perlawanan terhadap sistem sekuler yang menguasai mereka.

7. Patut dicatat bahwa penerapan syariat Islam bukan untuk memaksa mereka meninggalkan kepercayaan mereka, menghalangi beribadah, makan-minum, memakai pakaian sesuai dengan kepercayaan mereka, serta berkeluarga sesuai tuntunan ajaran mereka. Semua itu dipersilakan untuk dijalankan sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Yang akan diatur oleh syariat Islam adalah hukum-hukum publik yang nota bene tidak diatur oleh agama mereka.

Wallâhu a’lam.

Tambahan:

8. Jika para pemeluk agama lain selain Islam merasa memiliki aturan bernegara, silakan perjuangkan. Tetapi jika merasa, memiliki aturan bernegara, tetapi tidak mau memperjuangkannya, sepatutnya tidak mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan pelaksanaan syariat bernegara yang mereka yakini, apalagi menghalangi keinginan mereka untuk menjalankannya. "... silakan kalian beramal sesuai agama kalian, aku pun akan terus beramal sesuai perintah Tuhanku. Kelak di akhirat, kalian akan tahu balasan apa yang kalian terima." (Tafsir Q.S. Az-Zumar [39]:39).

10 komentar:

  1. 3. Kenyataannya agama-agama selain Islam memang tidak memiliki ajaran bernegara. bla bla bla

    Point ini konyol, baca kitab Negara Kertagama, Nitisastra, itu semua mengatur tentang penyelengaraan negara penyelanggara pemerintahan dalam ajaran Hindu. Anda benar-benar berfikir sempit layaknya katak dalam tempurung.

    BalasHapus
  2. Terima kasih telah berkomentar di sini. Yang saya tahu, Negara Kertagama bukan kiab suci agama Hindu. Itu buku sejarah Majapahit yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Jadi bagaimana mungkin Anda menyebut kitab tersebut sebagai bukti keberadaan ajaran tata negara dalam agama Hindu?

    BalasHapus
  3. iya.... agama lo yang paling benar dah................ Lo lihat negara2 yang berlandaskan agama lo... emang pada "maju". Harusnya lo ngeliat realita. Jangan jauh2, di negeri tercinta ini aja dulu, setelah adanya reformasi artinya kebebasan, saya lihat agama lo benar2 aneh, gimana enggak... untuk nentuin puasa aja bisa beda, gimana nantinya kalau udah berlandaskan agama, jangan2 antar lo sendiri nanti yang ribut, kayak di madura, ngusirin orang syiah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Anda benar, agama saya adalah agama yang benar. Bukan hanya "paling benar", melainkan "satu-satunya agama yang benar" saat ini. Karena itu, segeralah masuk Islam.

      Tetapi, apakah saya sedang membincangkan hal itu di sini? Jika Anda ingin membincangkan hal-hal yang telah Anda sebutkan, buatlah satu tulisan di blog Anda, lalu undang saya. Semoga saya akan bisa sedikit melayani Anda.

      Di sini, Anda cukup menjawab pertanyaan pentingnya: "Apakah Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan ajaran spiritual lain selain Islam memiliki ajaran yang mengatur negara?"

      Hapus
  4. Islam? Hadiah islam utk negara adalah kemiskinan. Bisa anda lihat, negara islam mana yg benar2 kaya? Arab bisa kaya karena minyak dan tentunya banyaknya org tolol yg naik haji kesana. Negara2 islam amat sangat tidak efektif dalam Waktu. Selain itu diskriminasi yg kerap terjadi pun menjadi penyebab mandeknya ekonomi negara2 islam. Contohnya saja iran, negara kaya akan minyak ini tidak akan bertahan tanpa minyak bumi. Belum lg ada kenyataan bahwa diskriminasi perempuan yg membuat efektifitas negara tersebut tidak bisa berjalan layaknya negara2 lain. Apakah anda yakin ingin negara ini jadi islam setelah ada banyak contoh dari negara lain? Saat ini negara iran adalah satu2nya negara islam yg akan hancur dari dalam, karena generasi sekarang dlm negara itu Mulai sadar akan ketidakbutuhannya akan "islam" dalam mengatur negara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Negara-negara Eropa di sebagian bidang sedang berjalan menuju kehancuran, sedangkah di sebagian bidang yang lain telah mengalaminya.

      Hapus
  5. terkadang ada "anak TK/SD" ingin membenarkan atau menyalahkan (berbantah-bantahan) kebenaran sejati ajaran para "profesor" yang telah wafat... terkadang mereka ingin mengukur luasnya alam semesta menggunakan mistar 30cm. terkadang mereka ingin menerangkan rasa manis gula yg orang lain kecap, padahal mereka belum pernah merasakannya... ketika menuju puncak sebuah gunung, orang dari jalan timur menyalahkan peta/panduan jalan orang yg mendaki dari arah barat (atau sebaliknya).. terkadang sebutir debu dianggap sebuah planet.. salam damai, selamat, aman dan sejahtera untuk kita semua..

    BalasHapus
  6. Kuncinya adakah taat aturan. Anak TK/SD punya aturan dari gurunya. Selagi mereka taat, mereka tidak pantas disalahkan atau dihukum. Anak SMP, SMA, Mahasiswa juga begitu, masing-masing orang punya aturan. Bahkan profesor juga begitu, mereka punya aturan. Lalu aturan siapa yang harus ditaati oleh semua orang?

    Jawabannya: Aturan Sang Pencipta.

    Sekalipun anak SD, kalau mengikuti aturan Sang Pencipta, maka layak dapat pujian. Sebaliknya, seabreg profesor yang telah memakan segudang buku sekalipun, kalau tidak taat aturan Sang Pencipta, tidak perlu diikuti.

    BalasHapus
  7. subhanallah, sungguh indah tutur kata yang keluar dari lisan mu, menjawab kritik tanpa emosi semoga allah menjadikan ini sebagai jalan pahala untuk mu saudari ku seiman

    "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujarat:49: 13)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdu lillaah. Terima kasih atas apresiasi dan doanya. Semoga Antum juga mendapat tambahan pahala dan keberkahan atas segala dukungan Antum terhadap kebaikan.

      O ya, saya Shofhi Amhar, laki-laki, meski nama terkesan perempuan. :)

      Salam kenal.

      Hapus