Berubah Sejak dalam Pikiran (1)
Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani rahimahullâh telah
memberikan satu pengajaran penting di dalam kitab Nizhâmul Islâm bahwa kebangkitan
manusia terkait erat dengan pemikirannya. Di sana beliau memberikan alasan yang
rasional berupa fakta bahwa perilaku manusia sangat tergantung dengan pemahaman
yang dimilikinya. Dan segala contoh tentang fakta itu sangat mudah kita dapati
di dalam kehidupan sehari-sehari.
Mengenai pampers, misalnya, dua keluarga bisa memiliki perilaku
yang berbeda akibat pemahamannya juga berbeda. Isteri saya jarang sekali
memakaikan pampers kepada dua bayi kami, kecuali pada kondisi tertentu. Itu
karena ia memahami bahwa sering-sering memakai pampers tidak baik untuk
kesehatan, menyebabkan anak tidak terlatih untuk buang air di jamban, dan juga
tidak kalah pentingnya: tidak hemat. Dampak dari kebijakan ini terlihat dengan
jelas pada si sulung. Meski kadang-kadang tetap mengompol, namun lebih sering
dia sudah terbiasa bilang jika mau pipis sehingga hampir selalu pipis di kamar
mandi. Bahkan ketika dalam kondisi dipakaikan pampers sekalipun, jika
terasa mau pipis, sering kali pampers-nya dia minta dibuka. Jika
bepergian dan harus memakai pampers, sampai di rumah selalu minta
dibuka. Dia tidak nyaman pakai pampers.
Memang ada dampak buruknya, yaitu risiko bertebarannya najis di
mana-mana. Tetapi kami memahami bahwa repot adalah risiko punya anak. Jadi
tidak mengapa kami harus rajin mengepel atau mengganti tempat-tempat yang
terpapar najis.
Kebijakan kami ini berbeda dengan salah seorang tetangga kami. Karena
memahami bahwa memakai pampers untuk bayi itu lebih aman dan lebih
terjaga dari najis, maka anaknya dipakaikan pampers sepanjang hari.
Contoh di atas memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana
pemikiran dan pemahaman sangat berpengaruh pada perilaku seseorang atau
sekelompok orang.
Kembali ke pengajaran Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani. Selain membawakan
argumentasi rasional berupa fakta dalam kehidupan, beliau juga membawakan
sebuah ayat untuk mendukung prinsip bahwa “perubahan harus dimulai sejak
dari pikiran”, yaitu Surat ar-Ra’du ayat 11. Tetapi jujur, bertahun-tahun
saya tidak benar-benar memahami mengapa beliau menjadikan ayat ini sebagai
dalil tentang ‘perubahan pemikiran’. Saya selalu bertanya-tanya: apa
hubungannya ayat ini dengan pemikiran?
Sampai suatu hari, ketika pada suatu kesempatan, Ustadz Subhan menyinggung
makna ayat tersebut dengan menyebut-nyebut keterangan Ustadz Hafidz Abdurrahman
di dalam buku Islam Politik dan Spiritual, misteri tersebut mulai
tersibak satu demi satu. Ditambah kemudian di dalam sebuah forum saya
memberanikan diri untuk bertanya mengenai hal ini, persoalannya menjadi tampak
semakin jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar