Minggu, Januari 18, 2015

Agama

AGAMA


Apa agama itu?

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, agama diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan yang Mahakuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya dengan kepercayaan itu.[1] Disebutkan Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katholik, sebagai contoh-contoh agama.[2]

Dari contoh-contoh yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa agama yang dimaksud adalah sebatas yang mengajarkan spiritualitas.

Namun demikian, dîn (yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai agama) sebenarnya tidak hanya mencakup pengertian agama yang mengajarkan spiritualitas, melainkan segala ajaran yang memiliki akidah dan syariat. Artinya, dîn mencakup juga pengertian mabda` (ideologi). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ideologi diartikan dengan tiga arti. Pertama, sekumpulan konsep bersistem. Kedua, cara berpikir seseorang atau suatu golongan manusia. Ketiga, paham, teori, dan tujuan yang berpadu merupakan satu program sosial politik.[3] Sedangkan pengertian yang lebih tepat untuk istilah mabda` adalah akidah rasional (‘aqidah ‘aqliyah) yang memancarkan aturan untuk semua aspek kehidupan.[4]

Dîn ada yang benar (haqq) dan ada pula yang salah (bâthil).[5] Dîn dapat dikatakan benar jika akidah dan syariatnya benar, sedangkan dîn yang batil adalah dîn yang mengandung penyimpangan mendasar dari dînul haqq, baik dari aspek akidah maupun syariatnya.

Apakah agama yang sekarang kita anut adalah agama yang benar?

Manusia berselisih mengenai agama yang benar. Namun, sudah menjadi kepastian bahwa barang yang diperselisihkan itu kalau sudah diselidiki, tentu akan terdapat mana yang benar dan mana yang salah. Hanya satu yang benar di antara yang banyak itu.[6] Karena itu, kita patut bertanya: apakah agama yang sekarang kita anut adalah agama yang benar?

Semua orang mungkin akan menjawab: Ya. Tidak salah menjawab seperti itu. Namun jawaban tersebut belum sempurna jika tidak melalui penyelidikan. Sebab, hakikat kebenaran hanya akan mencapai derajat yakin dengan bukti-bukti. Karena itu, wajib bagi setiap orang yang sudah menginjak baligh untuk merenungkan hal-hal mendasar serta kebenaran sumber agamanya, yaitu mencakup tiga hal: pertama, mengenai keberadaan Sang Pencipta: benarkah Sang Pencipta itu ada? Kedua, mengenai kebenaran Kitab Suci sebagai kalâmullâh: benarkah Kitab Suci yang diyakininya benar-benar berasal dari Sang Pencipta? Ketiga, mengenai pembawanya: benarkah beliau seorang Nabi?

Standar kebenaran atas pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah kepuasan akal dan ketentraman jiwa.

Agama di Sisi Allah adalah Islam

Proses perenungan untuk tiga pertanyaan di atas sengaja tidak diuraikan di sini mengingat keterbatasan waktu dan tempat. Namun, setelah seseorang melalui perenungan yang mendalam dan cemerlang (meskipun sederhana) mengenai tiga hal di atas, akan nyata baginya bahwa agama yang benar adalah Islam.

Agama (yaitu agama Islam) yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Quran dan yang tersebut dalam sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia.[7] Agama ialah apa yang disyariatkan Allah dengan perantara Nabi-Nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akherat.[8]

Sudahkah kita menjadikan agama sebagai sesuatu yang serius?

Saat ini, dapat dikatakan Islam telah benar-benar ditinggalkan oleh sebagian besar manusia, kecuali sebagian kecil saja dari ajaran spiritualnya. Banyak hal yang merupakan bagian dari agama yang telah banyak dilupakan orang. Mari kita sedikit renungkan. Berapa banyak kaum muslimin saat ini yang mengenal nama-nama bulan dalam kalender hijriyah? Berapa jumlah bulan harâm yang ada di dalamnya? Apa hukum-hukum khusus yang berkenaan dengan bulan-bulan tersebut? Jangan katakan bahwa ini persoalan remeh-temeh, sebab hal ini juga berkaitan dengan salah satu dari dua puncak kemuliaan di dalam Islam, yaitu: jihad!
Berapa banyak kaum muslimin memperhatikan hukum halal dan haram ketika memanfaatkan suatu benda atau melakukan suatu perbuatan? Lebih dari sebelumnya, ini juga bukan perkara yang sepele! Perhatikan Firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 29. Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan untuk memerangi kaum yang tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah!

Berapa banyak kaum muslimin yang mengetahui bahwa hanya ada dua status bagi sebuah wilayah, yaitu Dârul Kufr dan Dârul Islâm. Ini juga bukan perkara yang tidak serius. Sebab, dengan keberadaan Dârul Islam-lah Islam dapat tersebar luas ke seluruh penjuru bumi.

Apakah kita akan menjadikan agama sebagai main-main saja setelah Dia menganugerahkannya kepada kita? Allah berfirman:[9]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.

Maka marilah kita belajar Islam lebih serius lagi, agar tidak menjadikan anugerah Allah terindah ini sebagai main-main belaka.



[1] Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia [pdf], (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2008), hal. 36.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Muhammad Hawari, Reidologi Islam, (Al-Azhar Press, Bogor: 2007), hal. 112
[5] QS. At-Taubah [9]:29.
[6] K.R.H. Hadjid, Falsafah Ajaran K.H.A. Dahlan [pdf], hal. 8.
[7] Himpunan Putusan Tarjih [pdf], hal. 134-135
[8] Ibid, hal. 135
[9] QS. Al-Mâidah [5]:57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar