Senin, Januari 19, 2015

Antara Terbodoh dan Terkafir

ANTARA TERBODOH DAN TERKAFIR


Pulang mengajar di SD HSG Khoiru Ummah 4, aku sering lewat di depan tukang reparasi kulkas. Bagiku, kulkas adalah benda unik. Jadilah aku tertarik untuk bisa pula mengenal dan mempelajari barang antik ini.

Sebuah kulkas aku beli, lalu kubongkar dan kupereteli. Kuamati bagian demi bagian, dan kupelajari, sampai bisa mereparasi kulkas sendiri. Bangga juga rasanya, seakan dalam soal kulkas, akulah yang paling ahli di alam ini. Hihi,, Coba saja, siapa lagi yang lebih hebat dari saya, yang bisa mempelajari kulkas secara otodidak, sampai menjadi seorang ahli.

Sampai suatu hari, aku ditanya: Apakah Anda bisa membuat kulkas sendiri? Kujawab: Tidak. Aku hanya ahli teori dan reparasi.

Dia lanjut berkata: Kalau begitu, ada yang lebih ahli dari Anda. Kubilang padanya: Siapa orangnya? Dia jawab: Orang yang membuatnya. Keningku berkerut, merenung sejenak, dan keluar dari mulutku pertanyaan paling brilian sepanjang zaman: Memangnya ada yang pernah membuatnya?

Dia jawab: Lha ini, buktinya kulkas ini ada di sini, sedangkan Anda tak pernah membuatnya. Memangya Anda dapat dari mana? Pertanyaan semudah itu ya enteng saja bagiku. Maka kujawab: Dari toko. Dia rupanya masih penasaran: Toko dapatnya dari mana? Pertanyaan bodoh. Tapi kujawab dengan cerdas: Aku tidak tahu, dan tidak mau tahu. Kamu bisa tanyakan ke toko yang bersangkutan.

Rupanya saranku dia jalankan. Dengan wajah sumringah, esoknya dia datang. Dia bilang: Kata pemilik toko, kulkas ini dia datangkan dari pabriknya. Gumamku: Oh, begitu rupanya. Jadi pabrik lah yang telah membuatnya. Tapi, bagaimana aku bisa percaya ada pabrik yang membuatnya?

Dia tampak berpikir sejenak, lalu memberi saran: Ah, datang saja ke sana. Tempat pabriknya ada di Amerika. Ujarku: Wah, alangkah jauhnya. Tentu mahal biaya ke sana. Dia bicara lagi: Kalau ingin tahu, harus berani keluar biaya, tentu. Maka kuputuskan untuk tidak mau percaya bahwa pabrik kulkas ini adanya di Amerika. Sebab untuk membuktikannya, alangkah mahal biayanya. Apalagi, informasi yang dia berikan agak tidak sambung juga dengan apa yang dikatakannya sebagai lebih hebat dariku. Bukankah di awal dia bilang ‘orang’? Mengapa sekarang dia bilang ‘pabrik’?

Kini, setiap ada orang yang bilang bahwa pabrik kulkas ini ada di Amerika, aku sering memberondong dengan pertanyaan: Apa kamu pernah ke sana? Melihat sendiri proses pembuatannya? Melihat perjalanan kulkas ini dari sana ke sini? Dan seterusnya. Kalau pertanyaan pertama dijawabnya dengan tidak, maka cukuplah, semakin kuat sikapku untuk tidak percaya bahwa pabriknya ada di Amerika.

Suatu hari ada temanku yang suka bacaan sejarah. Dia cerita berbagai hal. Sejarah ini dan sejarah itu. Aku manggut-manggut saja. Sampai dia membanyol tentang sejarah kulkas. Katanya, kulkas ini pertama kali ditemukan oleh si anu, orang berkebangsaan ano. Dan seterusnya. Sebelum dia berceracau lebih lebar, kutukas dengan pertanyaan senada yang sering kuajukan kepada yang lain: Apa kamu pernah bertemu si penemu itu? Dia jawab tidak. Apakah kamu melihat sendiri bagaimana dia membuatnya? Tidak juga. Lalu dari mana kamu tahu semua cerita itu? Dijawabnya: Aku baca dari buku. Pertanyaanku belum habis. Bagaimana kamu tahu bahwa buku itu tidak menyajikan informasi palsu? Dahinya berkerut. Cukup lama. Tapi akhirnya mulutnya menjawab juga: Ya, memang, harus kuakui mungkin saja penulisnya salah dalam memaparkannya. Atau ada yang keliru dalam sebagian informasi yang disampaikannya. Kecuali jika ada bukti kuat yang meyakinkan. Teorinya itu langsung kuburu dengan kesimpulan super brilian: Karena itulah aku tidak yakin, bahkan sama sekali tidak percaya, bahwa kulkas ini ada yang membuatnya pertama kali. Selama aku tidak membuktikannya sendiri, semuanya kuanggap hanya delusi.

Dan entah mengapa, setelah mendengar kesimpulan super brilianku, temanku yang sebetulnya cerdas itu malah menyeringai dan berlalu pergi. Tinggallah sekarang aku puas dan merasa bangga tak terkira atas keberhasilanku menolak semua khayalan tentang kulkas yang dilontarkan orang kepadaku. Tetapi anehnya, dibenakku saat ini malah muncul pertanyaan begitu deras: Apakah pemikiranku yang sedemikian wajar adanya, atau cermin akal terkoplak sejagat raya?

Parean, 25 Desember 2013 01:30

(Masih sakit. Tadi terbangun dan belum bisa tidur lagi)

1 komentar: