Minggu, September 29, 2013

EMPIRISME VS RASIONALISME

EMPIRISME VS RASIONALISME

by Irfan Habibie Martanegara on Monday, December 26, 2011 at 6:54am

???? ********shared Satrio *******'s status update.
Satrio *******
But super smart theist (read: Aristotle parrot), if it is possible for God to exist uncreated, then surely it is also possible for the universe to exist without it being created?
Like · · Unfollow post · Share · Friday at 20:35 ·
Didu ***** likes this.

Irfan Habibie Martanegara
saya coba jawab ya. universe yang kita lihat saat ini sifatnya impersonal. sedang tuhan didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki personalitas. ciri personalitas tuhan adalah punya kehendak.

dari sains kita bisa ketahui bahwa alam semesta ini sekarang ini dimulai dengan big bang. sebelum big bang alam semesta ini berupa suatu titik singular yang katanya vakum tapi massa yang besar dan volume yang sangat kecil. konsep waktu belum ada saat itu.

pertanyaannya bagaimana bisa sesuatu yang impersonal (tidak punya kehendak) itu meledak (melakukan perubahan) padahal sebelumnya dia tetap seperti itu? perubahan alam semesta menunjukkan adanya personalitas yang merupakan ciri dari tuhan.

gimana?
Friday at 21:07 · Like

Satrio *******
Semua yang berubah di dunia ini punya kehendak... Apakah ini berarti matahari punya kehendak, pantat saya yang kentut punya kehendak, bumi berrevolusi punya kehendak? Seandainya yang penting adalah perubahan dari kondisi diam ke bergerak atau ke diam lagi, apakah seandainya sebuah asteroid menabrak Jupiter, dengan kata lain dari bergerak menjadi diam, maka asteroid itu punya kehendak?

Dan... ummmmmm.... kalau konsep waktu tidak ada ya berarti kata "sebelumnya" tidak ada artinya sama sekali.

Lagipula itu jawaban yang menghindari asal argumennya. Kita tidak membicarakan apakah sesuatu bisa berubah dan bagaimana ia berubah. Kita mempertanyakan: Kalau kita bertanya mengapa segala sesuatu harus ada penyebabnya, kenapa bukan pertanyaan sahih untuk menanyakan apa penyebab adanya Tuhan?

Kalau menggunakan jawaban ngelesnya Aristoteles, karena kita harus stop di satu titik. Oke. Stop di big bang. Kenapa itu tidak valid?
Friday at 22:07 · Like

Irfan Habibie Martanegara
semua yang ada di alam semesta ini ga bisa lepas dari hukum alam. perubahan yang terjadi pada matahari, bumi, pantat itu ga lepas dari hukum alam. asteroid bergerak sesuai dengan hukum alam dan hukum alam pula jupiter bergerak karena tabrakan asteroid.

kalau pakai logika aristoteles pertanyaannya kenapa asteroidnya bergerak, apa penggerak asteroid, kemudia penggerak asteorid itu siapa yang menggerakkan dan seterusnya, hingga berhenti di suatu titik.

oke lah saya coba rapikan ulang argumennya.
premis 1: setiap yang bergerak digerakkan oleh yang lain.
premis 2: konsep ketakterhinggaan adalah konsep yang tidak eksis dalam dunia natural kita.

kalau berhenti pada big bang, melanggar premis 1. kalau tidak ada ujungnya, melanggar premis 2.

kesimpulan: alam semesta ini pertama kali digerakkan oleh sesuatu yang berasal dari luar dunia natural.
Friday at 22:19 · Like

Satrio *******
Wait what ini super konyol 2012. Premis 1 dan 2 hanya melahirkan kesimpulan itu kalau ada premis 3: Ada dunia di luar dunia kita.

Dan bukti ilmiah apa sih yang membuktikan premis 1 & 2? Pengamatan sehari-hari?

Siapa yang menggerakkan "sesuatu dari luar dunia natural"? Kenapa dia tidak tunduk pada prinsip premis 1: Setiap yang bergerak digerakkan oleh yang lain?
Friday at 22:25 · Like

Irfan Habibie Martanegara
sesuatu di luar dunia kita adalah keharusan logis jika premis satu dan dua benar. sesuatu itu harus ada untuk menggerakkan pertama kali alam semesta ini. keberadaannya tidak dibuktikan secara empiris, tapi rasional.

sebelum dibahas lebih lanjut yang lain2nya. kita perlu sepakati dulu premis satu dan dua. bagaimana menurut anda?
Friday at 22:32 · Like

Satrio *******
What is this I don't even... Dunia lain dibuktikan dengan rasional? WHAT? Ini pemikiran scholastic yang sudah "membuktikan" bahwa seluruh benda angkasa mengorbit bumi dengan orbit berbentuk lingkaran... Kita tidak boleh membuktikan adanya sesuatu dengan hanya pemikiran "rasional", sebelum ada bukti empiris ya itu hanya sekedar postulat saja, bukan pasti nyata. Keberadaan fisik yang niscaya itu omong kosong.

Saya tidak tahu. Tidak ada bukti. Premis 1 dan 2 bukan pernyataan yang dibuktikan kebenarannya secara filosofis, tapi secara empiris.

Premis 2 tampaknya tidak benar.

Tidak ada alasan kenapa alam semesta ini tidak dapat sepenuhnya langgeng. Saya masih tidak yakin ide bahwa suatu saaat akan ada Great Contraction itu valid.

Beberapa partikel hampir sama sekali tidak terpengaruh oleh gravitasi dan gaya-gaya lainnya (misalnya neutrino). Neutrino yang ditembakkan dari bumi akan terus dan terus dan terus berjalan. Apakah alam semesta ini ada batasnya? Kita tidak tahu, tapi tidak ada alasan kenapa alam semesta ini harus ada batasnya.
Friday at 22:42 · Like

Irfan Habibie Martanegara
ok. saya bahas premis dua dulu. kalau kita berjalan lurus terus kita mungkin bisa berjalan tiada henti. artinya mungkin akan ada akhir yang tak terhingga. tapi ini adalah ketakterhinggaaan potensial, bukan aktual. sebab saya harus MULAI berjalan. nanti ada great contraction kemudian ada big bang lagi, kemudian kontraksi lagi kemudian meledak lagi dan seterusnya itu mungkin, tapi harus ada big bang pertama agar proses tersebut berjalan.

(ini mungkin yang juga menjelaskan mengapa surga dan neraka, kalo ada, itu secara potensial abadi)
Friday at 22:48 · Like

Satrio *******
No. Ketika dikatakan bahwa saya harus MULAI berjalan untuk membuat sesuatu yang tidak terhingga, ini sudah asumsi.

Contoh: set bilangan ini juga tidak terhingga:

(...,-4,-3,-2,1,0,1,2,3,...)

Set ini tidak punya awal, tidak punya akhir. Nah, sekarang set bilangan tentu saja merupakan sesuatu yang abstrak. Tapi adakah BUKTI bahwa sesuatu yang tidak terhingga harus dimulai di dunia nyata? Atau ini hanya asumsi?
Friday at 23:05 · Like

???? ********
(seru melihat percakapan ini)
Saturday at 07:12 · Like

Irfan Habibie Martanegara
mungkin saya perlu sedikit perjelas tentang tak terhingga potensial. tak terhingga potensial itu tiap kita berhenti untuk mengukur waktu pasti jumlahnya terhingga. mungkin sangat besar saat itu tapi tetap saja terhingga.

dan saya kira yang justru anda yang harus membuktikan jika memang ada sesuatu yang tak terhingga secara aktual, bukan potensial, di dunia natural ini.

tapi baik saya coba buktikan bahwa alam semesta ini harus memiliki awal dengan menggunakan analogi.

misalkan saya adalah seorang tentara yang sedang latihan menembak. saya baru diperkenankan menembak bila tentara di samping saya menembak dan tentara tersebut juga baru diperkenankan menembak setelah tentara di sebelahnya lagi menembak. begitu seterusnya.

pertanyaannya akankah saya pernah kebagian giliran menembak bila di samping saya ada sejumlah tak terhingga tentara? tidak. saya tidak akan dapat giliran menembak. saya baru akan dapat giliran menembak jika sebelum saya ada sejumlah tertentu saja tentara meski jumlahnya sangat banyak.

nah sekarang pertanyaannya, akankah kita bisa berdiskusi sekarang saat ini bila sejarah masa lalu alam semesta itu tak terhingga? tidak. bahkan bumi pun tidak akan pernah dapat giliran untuk terbentuk bila sejarah alam semesta sebelumnya itu tak terhingga.
Saturday at 07:36 · Like

Irfan Habibie Martanegara
????, maaf ya menuhin wallnya.
Saturday at 07:36 · Like

Satrio *******
Analogi aneh. Hanya ada sejumlah tentara di dunia ini, tentu saja ini bukan set yang tak terhingga. Yang menyebabkan analogi ini tampak tidak masuk akal bukan properti sesuatu yang tidak terhingga, melainkan properti jumlah manusia yang masih ada, yang tentu saja terbatas. Jadi analogi ini pun bukan aktual melainkan abstrak.

Kenapa ini bukan set yang tidak valid?

(..., -3,-2,-1,0)

Again, ini asumsi lagi. Cara berpikir tentang set ini begini: kenapa saat ini saya menembak? Karena sebelum saya ada yang menembak dan seterusnya.

Kalau pertanyaannya dibalik, ya ini sama konyolnya dengan mengetes set (1,2,3,...) Dengan "sebelum ~ itu (~ minus 1) ya?". Absurd. ~ bukan bilangan
Saturday at 08:23 · Like

Satrio *******
Sekali lagi, saya menolak untuk mengklaim apakah premis 1 atau 2 benar. Meskipun saya duga keduanya salah, ini pembuktian yang sama sekali tidak ilmiah. Premis 1 dan 2 hanya bisa benar atau salah secara empiris, tidak secara rasional.
Saturday at 09:49 · Like

Irfan Habibie Martanegara
mmm, kalau mau lanjut diskusi kita perlu beralih bicara epistemologi. menurut anda apa rasionalitas itu bisa jadi sumber pengetahuan atau tidak? jika ya, kapan rasionalitas itu bisa dipakai?
Saturday at 14:32 · Like

Satrio *******
Rasionalitas dipakai dalam hal membuktikan suatu pernyataan secara logika formal benar atau tidak. Apakah pernyataan itu berkorespondensi dengan kenyataan itu urusan sains ilmiah, bukan urusan rasio. Kecuali dalam theisme, saya tidak pernah mendengar bahwa sesuatu itu "niscaya" ada. Wtf does that even mean? Bahwa zebra itu "pasti" ada itu tidak ada artinya. Argumen keniscayaan eksistensi ini cuma selundupan saja, karena dalam membicarakan eksistensi logika yang dipakai seharusnya logika ilmiah yang induktif, bukan deduktif. Kesimpulannya adalah "more probable than not" bukan "pasti".

Masalah dari kedua premis ini adalah rasionalitasnya saja sangat aneh. Dari tadi tidak ada deduksi yang membuktikan bahwa premis 1 dan 2 benar. Yang ada hanya analogi yang aneh dan keniscayaan "common sense". Tidak perlu mundur sampai epistemologi segala.
Saturday at 14:47 · Like

Irfan Habibie Martanegara
mmm, saya sekarang ini hanya membaca tulisan anda. saya tidak pernah bertemu dengan anda sebelumnya. tapi saya yakin anda eksis hanya dari tulisan ana. dan saya merasa anda itu "pasti" ada, tidak hanya sekadar "mungkin" ada.

Saturday at 15:58 · Like

2 komentar: