Senin, Agustus 09, 2010

Komentar Untuk Ahmad Badawi Tentang Persatuan Kaum Muslimin

Dunia Islam Memiliki Potensi Besar. Begitu salah satu berita di harian Republika hari ini, Jumat, 23 Juli 2010. Judul berita itu adalah kutipan pernyataan dari mantan perdana menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dalam peringatan ulang tahun ke-6 International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Jakarta, Kamis, 22 Juli 2010. Ia menyatakan, negara-negara Islam atau negara berpenduduk mayoritas Muslim dianugerahi sumber daya alam melimpah. Dari sisi geopolitik, negara Islam terletak di posisi strategis dari hubungan antarbangsa. Posisi, seperti di Terusan Suez, Teluk Marmara, atau Selat Malaka, memberikan peran penting dalam perdagangan.

“Dengan modal besar itu, saya berharap, dunia Islam memiliki satu suara dalam berbagai hal.”

Badawi menegaskan, umat Islam tak bisa bergerak sendiri-sendiri. Bila itu terjadi, dunia Islam akan terus dianggap lemah oleh dunia internasional seperti sekarang ini.
“Solusi terbaik adalah membentuk jalinan yang erat di antara negara-negara Islam,” ujar Badawi.

Pernyataan Badawi di atas setidaknya mencerminkan dua hal:
1. Kesadaran bahwa dunia Islam adalah sebuah kekuatan yang besar.
2. Kesadaran bahwa dunia Islam sampai saat ini masih terpecah dan jalan sendiri-sendiri sehingga dipandang lemah oleh dunia internasional.
3. Kesadaran akan pentingnya jalinan yang erat antara bangsa-bangsa Muslim.

Kesadaran itu adalah kesadaran yang sangat baik. Hanya saja, metode yang digunakan untuk mewujudkan jalinan yang erat tersebut seringkali tidak tepat. Pasalnya, jalinan yang selama ini diupayakan dan beberapa di antaranya berjalan tidak sepenuhnya dibangun berdasarkan paradigma Islam sepenuhnya. Jalan yang ditempuh pun berbeda dengan jalan yang diteladankan oleh Nabi. Hal ini menyebabkan jalinan yang terbentuk bukan jalinan yang erat, melainkan jalinan yang berkarat. Sebabnya tidak lain adalah diabaikannya thariqah yang dituntunkan Nabi.

Sebagaimana kita tahu, Islam terdiri dari fikrah dan thariqah. Fikrah adalah pernyataan tentang ide tertentu yang hendak diwujudkan. Sedangkan thariqah adalah metode yang digunakan untuk mewujudkan, memelihara, dan menyebarkan fikrah tersebut. Baik fikrah maupun thariqah, keduanya adalah hukum syara’ yang harus diperhatikan dan diikuti, karena keduanya adalah satu kesatuan. Keduanya juga merupakan seruan Sang Pembuat Syariat.

Sebagai contoh, Islam mengajarkan bahwa kaum muslimin wajiba bersatu. Ini adalah fikrah. Jika Islam tidak menjelaskan dengan apa persatuan hendaknya diwujudkan, berarti Islam tidak memiliki thariqah dalam hal itu. Hal ini tidak mungkin. Sebab Islam adalah ajaran yang lengkap. Islam memiliki thariqah untuk mewujudkan persatuan tersebut. Islam mengajarkan bahwa persatuan harus didasarkan pada akidah Islamiyah, tidak didasarkan kepada yang lain seperti kesamaan sejarah, kesamaan suku bangsa, bahasa, atau kesatuan daerah. Karenanya, Islam menyuruh kaum muslimin bersatu dalam satu negara. Maka, Islam jalinan erat yang diridhai oleh Islam hanyalah ketika sekat-sekat nasionalisme dapat dihilangkan. Inilah metode yang harus diperjuangkan. Bukan dengan membentuk OKI, Liga Arab, dan lain-lainnya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar