Senin, Agustus 09, 2010

Redenominasi

Pemerintah berencana akan melakukan redenominasi. Uang seribu rupiah akan dicoret nolnya tiga, dengan daya beli yang sama. Jika kita bisa beli bolpen seribu rupiah dengan pecahan yang lama, maka dengan pecahan satu rupiah pecahan yang baru kita akan bisa membeli bolpen yang sama. Demikian pula dengan pecahan dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, duapuluh ribu, limapuluh ribu, dan seratus ribu, akan disesuaikan dengan mencoret tiga nol.

Mengapa dulu negara repot-repot harus mencetak uang seribu rupiah ke atas, jika pada akhirnya tiga angka nolnya dicoret? Ini ada kaitannya dengan inflasi, atau kenaikan harga-harga barang. Kenaikan harga barang hampir pasti selalu terjadi di dalam sistem ekonomi kapitalisme. Karenanya, menambah jumlah angka nol, cepat atau lambat adalah keniscayaan. Karenanya, suatu saat nanti, meskipun telah dicoret nolnya tiga, negara akan tetap mencetak lagi uang dengan menambahkan angka nol jika terjadi inflasi lagi. Akhirnya, akan ada lagi pecahan seribu, lima puluh ribu, seratus ribu, dan seterusnya. Kemudian pemerintah akan berpikir untuk mengurangi angka nolnya lagi. Lalu terjadi inflasi lagi, dan seterusnya.

Hal itu disebabkan karena mata uang yang dipakai adalah mata uang kertas. Sedangkan Islam mengajarkan bahwa mata uang harus dari emas dan perak, yaitu yang dikenal dengan dinar dan dirham. Keunggulan mata uang emas dan perak adalah terjaga dari inflasi. Harga-harga barang akan stabil. Kalaupun sampai terjadi lonjakan harga, perbedaannya tidak akan terlalu besar. Persoalannya sekarang adalah, apakah kita mau untuk taat kepada Allah dengan melaksanakan ajaran-Nya di segala aspek kehidupan, termasuk dalam ranah ekonomi, politik, dan kenegaraan? Seorang yang mengaku beriman tentu saja akan menjawab: ya. Sebab, Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (an-Nur [24]:51).

Padepokan Panatagama, 7 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar