Selasa, Juni 26, 2012

Bagaimana Mau Mendirikan Khilafah, Sedangkan ...


Pengantar

Ini adalah dialog saya dengan seorang dosen UIN Sunan Kalijaga—hadâhullâh wa iyyâya—via sms, ketika saya mengirimkan sms kepada beliau yang berisi sosialisasi dan ajakan untuk hadir dalam acara Konferensi Rajab 1432 H di JEC Yogyakarta.

Diskusi ini berakhir dengan sebuah ketidaksepakatan mengenai: Apakah Buya Natsir—rahimahullâh—memiliki konsep yang matang tentang Negara Islam? Pendirian saya: Tidak. Sedangkan pak dosen menyatakan sebaliknya. Namun sayangnya beliau tidak menjawab ketika ditanya mengenai buku apa yang menunjukkan bahwa Buya Natsir memang punya konsep Negara Islam yang matang?

Semoga Allah mengampuni kami semua dan memperkenankan ribuan doa yang terpanjat setiap hari untuk kembalinya Daulah Khilafah. Âmîn.

Dosen:

Sejahtera di bawah kesatuan umat. Bagaimana mencitakan khilafah, masjid saja HTI tidak punya? Terima kasih.


16/05/2011 5:27 pm

Saya:

HTI punya konsep, pak. Dan sedang berusaha menyebarluaskan dan menjalankan konsep tersebut.

16/05/2011 5:42 pm

Dosen:

Yang lain punya konsep sejak 1 abad lalu, mas. Piye tha?

Saya:

16/05/2011 5:33 pm

Iya, pak. Apa tidak boleh punya konsep lain yang coba ditawarkan? Sebab yang lain jarang mengkampanyekan konsepnya. Misalnya soal bagaimana kedaulatan yang sesuai dengan akidah Islam, apakah kedaulatan rakyat, kedaulatan raja, kedaulatan wakil rakyat seperti saat ini terjadi, kedaulatan hukum, atau yang lain? Karena kurangnya edukasi terhadap umat terkait hal tersebut, banyak umat yang tidak memiliki wawasan politik Islam yang memadai.

16/05/2011 5:33 pm

Dosen:

Bukan belum, tapi cara dan perspektifnya beda.

16/05/2011 5:59 pm

Saya:

Kalau cara dan perspektifnya jelas beda, pak. Tapi saya melihat memang belum ada edukasi yang memadai tentang hal itu. Saya pernah baca buku “Negara dan Pemerintahan dalam Islam”*, tapi saya lihat angkatan muda sendiri jarang sekali mengkaji buku tersebut. Padahal, kalau ada, saya mau sekali mulazamah dengan ustadz yang punya kompetensi dalam hal tersebut. Mungkin Njenengan bisa merekomendasikan ustadz yang mau meluangkan waktu untuk mengkaji buku tsb?

16/05/2011 6:45 pm

Dosen:

Bagaimana punya mimpi khilafah, sekolah SD, SMP, PT, rumah sakit, masjid tidak punya? Teman-teman HTI bisa kritik organisasi lain tapi cari hidup dalam organisasi itu.

16/05/2011 pm

Saya:

Setahu saya, banyak pemimpin besar, mampu mendirikan negara, tapi tidak punya Playgroup, TK, SD, SMP, SMA, PT, Rumah Sakit, dll, pak.

Kalau ada anggota HT yang bekerja di suatu tempat dengan melanggar aturan, silakan sikapi saja sesuai peraturan yang berlaku di tempat tersebut, pak. Tapi kalau soal kritik, bukankah hal itu biasa, pak? Dalam internal sebuah organisasi pun kritik sudah merupakan hal yang lumrah.

16/05/2011 6:422 pm

Dosen:

Pelanggarannya adalah penggerogotan dari dalam.

16/05/2011 6:14 pm

Saya:

Termasuk penggerogotan dari dalam, pak. Oknum yang melakukan hal tersebut sebaiknya diambil tindakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

16/05/2011 6:48 pm

Dosen:

Saya sempat ngaji ke ustadz Helmi, Ketua Dewan Syura PKS 22 thn lalu. Dia jelaskn konsep dawlah dengan sangat terang, tapi mendirikan dawlah ternyata beda lagi. Hehe

16/05/2011 6:45 pm

Saya:

Seringkali kenyataan memang tidak sesuai dengan konsep awal. Ini dialami oleh hampir semua organisisasi. Sangat disayangkan saat ini seluruh partai berasas Islam di parlemen mengalami pragmatisasi. Banyak faktor yang membuat itu terjadi. Di antaranya karena konsepnya sendiri tidak jelas benar. Tidak semua kader partai Islam, misalnya, mengerti bagaimana gambaran utuh negara menurut Islam dan apa bedanya dengan negara sekuler-kapitalisme-demokrasi. Menyalahi konsep sangat salah. Tapi tidak membuat konsep, menurut saya lebih salah lagi.

16/05/2011 7:42 pm

Dosen:

Natsir dkk sudah mencobanya, gagal total. PKS sama HTI apatahlagi, karena cuma sempalan ikhwan yang katakan politik tapi tidak punya partai politik.

16/05/2011 9:49 pm

Saya:

Yang saya tahu Buya Natsir—rahimahullaah—belum memiliki gagasan negara Islam yang sempurna dan detail, pak. Beliau juga tidak menjelaskan secara gamblang bagaimana mewujudkannya sesuai metode yang ditempuh oleh Nabi.

Kita tidak tahu akhir perjalanan sebuah organisasi, karena hal itu merupakan perkara ghaib. Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa melihat dari konsepsi dan konsistensi terhadap konsepsi tersebut. Mohon dikoreksi kalau saya keliru. Oya, HT bukan sempalan Ikhwan. Itu dua organ yang berbeda sejak awal.

16/05/2011 10:09 pm

Dosen:

Wah kalo Natsir dikatakan demikian, berarti HTI tidak baca sejarah. Baiklah saya katakan iqra qabla an taquul. Bacalah sebelum bicara. Maaf cukup sampai sini dan tak perlu ada sms lagi terima kasih.

16/05/2011 10:04 pm

Saya:

Maaf, pak, apa Magnum Opus milik Buya Natsir Allaahu Yarham yang akan menunjukkan kepada saya tentang bangunan negara yang beliau perjuangkan beserta jalan untuk mewujudkannya? Saya belajar menjadi pembelajar. Kalau panjenengan punya buku dimaksud, mungkin saya bisa pinjam.

16/05/2011 10:20 pm

*Ditulis oleh salah seorang tokoh Muhammadiyah, K.H. Azhar Basyir—Allâhu yarham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar