Kamis, Juni 14, 2012

Dari Karl Marx Hingga Relativitas Penafsiran

Pengantar

Ini adalah diskusi saya dengan salah seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga via sms. Seperti biasa, relativitas kebenaran adalah senjata andalan untuk melakukan dekonstruksi terhadap pemahaman agama yang benar.

Seorang peyakin relativitas mutlak seringkali menyatakan bahwa para mufasir, ahli fikih, ahli hadis berbeda-beda dalam memahami ayat ini dan itu, padahal mereka belum pernah membaca kitab tafsir, kitab hadis, maupun kitab fikih. Kalaupun mereka pernah membacanya, belum tentu mereka benar-benar menemukan perbedaan yang mereka maksud dalam tema yang dibahas. Alangkah mengherankan.

Memang benar, para ulama berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat tertentu, tetapi bukan berarti dalam semua ayat terjadi perbedaan penafsiran, kecuali perbedaan lafazh dalam menafsirkan. Termasuk dalam memahami ayat-ayat tentang negara, pihak tertentu secara sembrana langsung mengklaim bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai ayat ini dan ayat itu untuk menafikan--dengan serampangan pula--bahwa Islam tidak mengajarkan konsep negara.

Maka berlindunglah kepada Allah dari kejahatan orang-orang seperti itu.




Teman:

“Sejarah manusia tidak lebih hanyalah sejarah pertarungan antar klas”
(karl marx)

14-09-2011 16.43

Saya:


Kapan kita bisa diskusikan kebenaran pernyataan itu? Saya punya bantahan akurat tentang itu.

14-09-2011 16.49

Teman:

“Pendirian negara Islam di bumi pluralisme indonesia hanyalah mimpi di siang bolong, yang terpenting bukanlah labelnya tapi keinginan kita untuk bisa menuju ke arah yang lebih baik dengan sistem apapun jauh lebih penting”
(gusdur)

14-09-2011 17.05

Saya:


Apakah gusdur mengemukakan dalil untuk pernyataannya itu? Atau setidak-tidaknya argumentasi sejarah? Justru dalil-dalil syar’i telah menolak pernyataan gusdur.

14-09-2011 17.10

Teman:


Sejarah versinya siapa? nabi sndiri tdak pernah menyatakan tentang konsep negara islam yang jelas. apakah seperti negara-negara di timur tengah, yang dipimpin oleh seorang raja, sedangkan nabi sendiri mengajarkan pada kita konsep demokrasi.

14-09-2011 17.18

Saya:


Sejarah versinya siapa?

[sejarah versi siapa pun boleh antum ajukan. hatta sejarah versi karl marx yang tadi antum tulis.]

14-09-2011 17.20

Saya:


nabi sndiri tidak pernah menyatakn tentang konsep negara Islam yang jelas.

[siapa bilang? justru quran & sunah menerangkan dengan seterang-terangnya ttg persoalan ini. rujuklah kitab-kitab tafsir, hadis, fikih agar memperoleh kejelasan tentang hal ini.]

14-09-2011 17.22

Saya:


apakah seperti negara-negara di timur tengah, yangg dipimpin oleh seorang raja,

[tidak.]

sedangkan nabi sendiri mengajarkan pada kita konsep demokrasi.

[bohong. tidak pernah nabi mengajarkan konsep demokrasi. demokrasi tidak pernah ada wujudnya, jadi bagaimana mungkin nabi mengajarkannya? lagi pula, kalau memang benar nabi mengajarkan demokrasi, kenapa tadi antum bilang beliau tidak menyatakan konsep negara islam yang jelas, padahal yang disebut negara Islam adalah negara yang dicontohkan oleh Nabi?]

14-09-2011 17.26

Teman:

Kitab-kitab tafsir, hadis, dan fikih versinya siapa? banyak prbedaan pemahaman di dalamnya, tdak ad kebenaran absolut hasil dari pikiran manusia, tugas kita adalah menghargai perbedaan tersebut,..

14-09-2011 17.26

Saya:

Kitab-kitab tafsir, hadis, dan fikih versinya siapa?

[antum sudah baca kitab karya siapa saja? mari kita diskusikan kitab tersebut.]

banyak perbedaan pemahaman di dalamnya,

[coba buktikan dengan mengutip referensi-referensi yang pernah antum baca tentang tema yang berkaitan dengan negara.]

tidak ada kebenaran absolut hasil dari pikiran manusia, tugas kita adalah menghargai perbedaan tersebut,..

[makanya kembalilah kepada sumber-sumber syariat (Quran & Sunnah) agar pikiran manusia dipagari oleh kebenaran absolut (Quran & Sunnah)]

14-09-2011 17… 

tugas kita adalah menghargai perbedaan tersebut,..

[apakah segala bentuk perbedaan harus dihargai? meskipun perbedaan itu tentang hal-hal yg mungkar?]

14-09-2011 17.3..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar