MENJERNIHKAN BERBAGAI MASALAH KEIMANAN
Salam
Pembuka
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Dengan sepenuh
hati, kami pasrah kepada keagunganNya, berharap nikmat, taufiq, pertolongan
serta ketaatan kepadaNya Yang Maha Kaya. Kami sama sekali tidak ingin
meremehkan atau bahkan durhaka kepadaNya. Ini sepenuhnya untuk berharap agar
nikmatNya yang amat lezat itu selalu mengalir dan tak pernah kering.
Shalawat dan salam semoga tersanjung ke haribaan baginda yang mulia
Nabi Muhammad saw sebagai hamba, rasul, sekaligus makhluk terbaik Allah. Semoga
doa ini dapat menjadi penguat tersendiri bagi kenabiannya, dapat pula
mendatangkan syafa’atnya. Doa ini juga sekaligus sebagai bukti atas
kebenaran risalahnya. Atas doa ini, kami berharap dapat membawa niat jujur dan
kesuciannya. Selanjutnya doa ini juga semoga tercurah kepada keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya. Amin.
Saudaraku sayang, ketahuilah sesungguhnya kami telah melihat bahwa
kalian berada di puncak rasa dendam dan kterpecahan pikiran begitu kalian
mendengar bagaimana orang-orang, atas nama kedengkian mereka, mencaci dan
mencerca sebagian karya-karya kami tentang rahasia peribadatan dalam agama.
Mereka berbuat demikian tidak lain karena mereka menyangka bahwa karya-karya
itu sesungguhnya mengusung wacana yang menentang pendirian ulama-ulama leluhur
(salaf), juga para teolog muslim. Sedikit berada di luar garis paham
Asy’ari, menurut mereka, sama artinya dengan kafir. Berbeda paham dengan
Asy’ari meski tentang hal yang tidak berarti, sama artinya dengan berada dalam
sesat dan kerugian bukan kepalang. Karena itu, saudaraku sayang, jangan
hiraukan cemoohan mereka itu. Jauhi mereka dengan cara yang santun dan penuh
kedamaian. Bersikaplah rendah hati kepada orang-orang yang tidak pernah iri dan
enggan menuduh siapa saja. Kucilkan saja mereka yang tidak mau tahu, hanya
karena kekufuran dan kesesatan mereka.
Maka coba saudara katakan, ada nggak kira-kira seorang
penegak kebenaran yang lebih sempurna dan bisa diterima nalar manusia ketimbang
Muhammad, nabi dan raja para utusan Tuhan itu? Tapi kenapa mereka masih saja
menuduhnya orang gila?
Pembicaraan mana yang kira-kira lebih agung, benar, tepat, melebihi
kalam Tuhan semesta alam ini? Tapi mengapa mereka justru mengatainya sebagai
kebohongan dan igauan generasi kuno yang tertinggal? Karena itu, jangan
sekali-kali dirimu gundah hanya karena sikap mereka yang ingin selalu memusuhi.
Jangan pernah kaum merasa tersentak dan amat berhasrat untuk membungkan dan
membuat mereka berkutik. Kalau tetap kau paksakan, sama artinya kau berharap
sesuatu yang sia-sia. Sama artinya kau berteriak kepada seseorang yang tidak
pernah bisa mendengar. Ya, belumkah kau dengar sebuah syair?
كُلُّ
اْلعُدَاةِ قَدْ تُرْجَى سَلاَمَتُهُ إِلاَّ عَدَاوَةَ مَنْ عَادَاكَ عَنْ حَسَدٍ
Setiap permusuhan dapat diharapkan selesainya, kecuali
permusuhan seseorang terhadapmu atas nama kedengkian.
Andai saja dalam kebencian mereka itu masih ada sesuatu yang bisa
diharap, o niscaya sia-sialah rentetan berbagai ayat yang berkisah tentang
keputusasaan. Ya, bukankah kau sering membaca firman Allah?
وَإِنْ كَانَ
كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ
أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ
عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Dan jika
perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat
membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan
mukjizat kepada mereka (maka buatlah. Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah
menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang jahil. (QS. al-An’am:35)
وَلَوْ فَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ. لَقَالُوا إِنَّمَا
سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ
Dan jika seandainya kami membukakan kepada mereka salah satu
dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah
mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan
kami adalah orang orang yang kena sihir". (QS.
al-Hijr:14-15)
وَلَوْ نَزَّلْنَا
عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan kalau kami turunkan kepadamu
tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka
sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata." (QS. al-An’am:7)
وَلَوْ أَنَّنَا
نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ
كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan
orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala
sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali
jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui, (QS.
al-An’am:111)
Ketahuilah, saudaraku. Kafir dan iman berikut batasan-batasannya,
kebenaran dan kesesatan berikut rahasia-rahasianya, sesungguhnya tidak akan
bisa dimengerti oleh hati yang sudah kotor oleh keruhnya ambisi untuk
mendapatkan kehormatan, harta, serta pemujaan terhadap keduanya. Iman dan kafir
hanya bisa disibak oleh hati yang, pertama, telah benar-benar suci dan
kalis dari hasrat duniawi yang remeh-temeh. Kedua, telah terasah dengan
berbagai ritual keprihatinan yang sempurna. Ketiga, telah tersinari oleh
cahaya dzikir yang jernih. Keempat, telah tercerahkan oleh
gagasan-gagasan yang brilian. Dan kelima, telah diperindah dengan
keteguhan untuk selalu menjalankan ajaran agama hingga benar-benar tenggelam
dalam hangatnya cahaya yang memancar dari pelita yang berkilauan dan jernih
dipandang. Kemudian jadilah lampu keimanan, dalam kaca hatinya itu sebagai
penyemburat cahaya-cahaya. Sebuah lampu yang minyaknya hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api.
Bagaimana mungkin rahasia alam malakut bisa terlihat dan
didapati ikeh sekelompok orang yang tuah mereka adalah nafsu? Yang mereka
sembah adalah raja-raja. Kiblat mereka adalah uang. Ajaran mereka adalah
kegelapan. Ambisi mereka adalah pangkat dan gairah syahwat. Ritual mereka
adalah kepatuhan terhadap orang-orang kaya. Dzikir mereka adalah keragu-raguan.
Harta mereka adalah penyakit itu sendiri. Pikiran mereka adalah upaya untuk
melancarkan siasat jahat. Maka, dari mana mereka bisa membedakan kegelapan
kafir dari cahaya keimanan? Apakah dengan semacam ilham dari Tuhan sementara
mereka masih saja sibuk mengeruhi hatinya dengan berbagai macam kotoran dunia
atau mungkin dengan pembahasan ilmiah yang sempurna sementara apa yang mereka
bicarakan dalam diskusi-diskusi itu hanya berkutat pada persoalan najis, air
za’faran atau semacamnya?
O, sungguh naif sekali. Ada baiknya mereka tidak bermimpi
terus-menerus. Sesungguhnya apa yang sedang kita cari ini pasti lebih indah dan
lebih mulia daripada hanya sekedar menemui kematian atau mungkin kita menyangka
dapat meraihnya dengan gratis dan enak-enak saja tanpa pengorbanan. Karenanya,
ada baiknya kita lanjutkan saja apa yang telah kita kerjakan selama ini,
saudaraku. Jangan hambur-hamburkan waktu kita hanya untuk memikirkan mereka.
فَأَعْرِضْ
عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا.
ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى
Maka
berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan
tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan
mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk. (QS.
an-Najm:29-30)
(Imam al-Ghazali, Menjernikan
Berbagai Masalah Ketuhanan (terjemahan kitab Fashlut Tafarruqah),
Mitra Pustaka, Yogyakarta: 2005, hlm. v-xii)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar