Senin, Mei 06, 2013

Rampai Faidah dan Pelajaran dari Kisah Para Nabi (4)


3- Faidah dari bahwa semua adalah Nabi adalah Manusia

Umat-umat terdahulu dan orang-orang kafir Makkah dari umat ini mendustakan apa yang dibawa oleh Para Rasul. Mereka menyandakan pendustaan mereka itu kepada kenyataan bahwa orang-orang yang diutus kepada mereka adalah seorang manusia. Kaumnya Nabi Nûh berkata kepada Nûh:


{ … مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي ءَابَائِنَا الْأَوَّلِينَ(24) }
… ini tidak lain kecuali seorang manusia seperti kalian yang menginginkan untuk melebihkan diri atas kalian. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia telah menurunkan para malaikat sebagai utusan-Nya. Manusia menyampaikan ajaran seperti ini tidak pernah kami dengar dari nenek moyang kami dahulu. (al-Mu`minûn [23]:24)

Kaumnya Nabi Mûsâ berkata:

{ أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ(47) }
Apakah kami akan percaya bahwa dua orang laki-laki yang sama dengan kita ini menjadi utusan Tuhan, sedangkan bangsanya menjadi budak kita?

Dalih semacam ini banyak dikisahkan di dalam Alquran, di mana Allah membantah mereka dan menjelaskan hikmah dari diutusnya Rasul dari kalangan manusia. Hal ini termasuk dari kelembutan dan kasih sayang-Nya kepada para makhluk-Nya. Maka Allah Ta’âla berfirman:

{ قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولًا(95)

Wahai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang kafir: “Kalau penghuni bumi ini malaikat, niscaya yang Kami kirimkan kepada mereka dari langit sebagai utusan-Nya adalah malaikat juga.” (al-Isrâ` [17]:95)


{ لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ(164) }

Allah telah memberikan rahmat kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus seorang rasul dari golongan manusia ke tengah mereka. Rasul itu membacakan ajaran agama Allah kepada mereka dan membersihkan mereka dari sifat saling mendengki. Rasul itu mengajarkan Alquran dan As-Sunnah kepada mereka, padahal sebelumnya pada zaman jahiliyah mereka benar-benar sesat. (Âlu ‘Imrân [3]:164)

Ibnu Katsîr mengatakan tentang Firman Allah Ta’âlâ {قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ… الآية } : Kemudian Allah Ta’âlâ berfirman, mengingatkan akan kelembutan dan kasihsayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan mengutus Rasul kepada mereka dari jenis mereka untuk mengajarkan agama kepada mereka, agar memungkinkan berdialog dan berbincang dengan mereka. Seandainya kepada manusia diutus Rasul dari kalangan malaikat, niscaya mereka tidak akan dapat berjumpa maupun mengambil pelajaran dari mereka. Dan di dalam Firman-Nya Ta’âlâ: { وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ(9) } terdapat penjelasan dari Allah bahwa seandainya pun Rasul itu dari kalangan malaikat, niscaya ia akan tetap dijadikan dalam bentuk manusia, agar mereka bisa bergaul dan mengambil agama dan ilmu darinya, karena manusia tidak bisa bergaul kecuali dengan yang berasal jenis mereka. Itupun tetap, seandainya malaikat mendatangi mereka dalam bentuk manusia, mereka pasti akan mendustakannya sebagaimana mereka mendustakan para Rasul sebelumnya.

Kesimpulannya, seandainya Allah mengutus Rasul kepada mereka, mereka tidak akan bisa mengambil ilmu dan iman darinya, karena jenis dan tabiatnya berbeda. Seandainya pun Allah menurunkan malaikat kepada mereka, pasti Dia akan menjadikannya dalam wujud manusia. Meskipun begitu, mereka tetap akan mendustakan para Rasul sebelumnya, sehingga mereka kembali mendustakannya. Dan setelah tuntutan mereka untuk mengutus malaikat terbukti batal, maka dapat dipahami bahwa yang mereka kehendaki sebenarnya adalah penentangan dan permusuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar