Selasa, Mei 07, 2013

Rampai Faidah dan Pelajaran dari Kisah Para Nabi (5)

4- Didustakannya Para Nabi

Di antara perkara yang pantas direnungkan sejenak ketika kita berbicara tentang kisah-kisah para Nabi, adalah bahwa umat-umat yang kepada mereka diutus para Rasul tersebut mendustakan mereka dan melekatkan berbagai tuduhan kepada mereka, meskipun para Rasul tersebut tidak membawa perkara-perkara yang layak diingkari, melainkan membawakan kepada mereka peribadatan kepada Allah Ta’âlâ semata serta mengesampingkan berhala-berhala yang tidak bisa memberi bahaya maupun manfaat. Mereka juga membawa ajaran tentang silaturahim, memberi makan (kepada yang membutuhkan), serta berbuat baik kepada manusia… dan hal-hal lain yang termasuk perkara-perkara yang makruf; yaitu perkara-perkara yang dianggap baik oleh akal secara langsung, yang jiwa-jiwa senang kepadanya. Tetapi itulah kedurhakaan, keangkuhan, dan pengingkaran. Meski hasil akhir dari pilihan makhluk Allah adalah pendustaan, tuduhan, dan cemoohan, Allah tidak menghinakan para Rasul-Nya. Setiap umat yang mendustakan para Rasulnya mengalami kebinasaan, dijatuhi hukuman yang pedih. Adapun siksa akhirat yang akan menimpa mereka tentu lebih dahsyat.

Allah Ta’âlâ menghibur Nabi-Nya, Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam, ketika kaumnya mendustakannya:

{ وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ }

Sungguh Rasul-Rasul sebelummu telah didustakan, lalu mereka bersabar terhadap apa yang didustakan dan diganggukan, sampai pertolongan kami datang kepada mereka. Dan demi Allah, sungguh telah datang kepadamu sebagian dari berita (penting yang dialami) rasul-rasul. (al-An’âm [6]:34)

Kaum Nabi Nûh berkata kepadanya:

{ فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي ءَابَائِنَا الْأَوَّلِينَ(24)إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ(25)قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ(26) }

Maka pemuka-pemuka orang-orang yang kafir di antara kaumnya berkata: “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu (yang tidak memiliki keistimewaan menjadi rasul), yang bermaksud menjadi seorang yang lebih tinggi daripada kamu dan jika seandainya Allah menghendaki, pasti Dia menurunkan malaikat. Belum pernah kami mendengar (hal-hal yang disampaikan Nuh) ini pada nenek moyang kami yang terdahulu. Dia (Nabi Nuh a.s.) tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang dihinggapi penyakit gila, maka tunggulah sampai suatu waktu (di mana dia sembuh atau meninggal dunia). Dia (Nabi Nuh a.s.) berkata (memohon bantuan): “Tuhan Pemeliharaku, tolonglah aku, karena mereka telah mendustakan aku.” (al-Mu`minûn [23]:24-26)

Lalu Allah menolongnya dari apa yang mereka dustakan:

فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ }

Maka mereka mendustakan Nûh, maka kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (al-A’râf [7]:64)
Allah juga menolong Nabi-Nya, Hûd, ketika kaumnya mendustakannya:

 { فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ }

Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. (Asy-Syu’arâ` [26]:139)

Demikian pula Allah menolong Nabi-Nya, Syu’aib dari pendustaan kaumnya:

{ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ }

Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu’arâ` [26]:189)

Demikian pula Shâlih, Lûth, dan Nabi-Nabi lain selain mereka—‘alaihimussalâm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar